Cinta Kepada Allah
Engkau durhaka kepada Allah dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya. Ini adalah suatu kemustahilan. Apabila benar engkau mencintai-Nya, pastilah engkau taati semua perintah-Nya.
Sesungguhnya orang menaruh cinta tentulah bersedia menaati perintah orang yang dicintainya.
Dia telah kirimkan nikmat-Nya kepadamu setiap saat dan tak ada rasa syukur yang engkau panjatkan kepada-Nya. (Imam Syafi’i)
Mencintai Wanita
Semua orang menyenangi wanita, tetapi mereka berkata, “Mencintai wanita adalah awal sebuah derita.
"Bukan wanita yang membuat derita, tetapi mencintai wanita yang tidak mencintaimulah yang akan menciptakan derita bagimu."(Imam Syafi’i)
Senda Gurau
Yaqut al-Hamawi meriwayatkan dari Ibnu Umar al-Syafi’i, dia mengatakan bahwa Abu Abdillah al-Syafi’i pernah menikahi seorang wanita Quraisy di Mekkah. Kemudian al-Syafi’I pernah mencandai istrinya itu dengan mengatakan:
Di antara malapetaka yang sangat dahsyat adalah jika kamu mencintai wanita atau laki-laki yang tidak mencintai kamu. Ia akan selalu berpaling darimu. Meskipun kamu menungguinya dengan penuh kesabaran, ia tak akan menggubrismu.(Imam Syafi’i)
Membalas Kebaikan dengan Kejahatan
Malapetaka paling besar adalah bila engkau mencintai seseorang yang sedang mencintai orang lain. Atau jika engkau mengharap kebaikan seseorang, akan tetapi justru orang itu berharap agar kita celaka atau binasa.(Imam Syafi’i)
Mencintai Orang-orang Saleh
Aku mencintai orang-orang saleh, meskipun aku belum termasuk golongan mereka. Aku tetap berharap semoga aku mendapatkan syafaat dari mereka.
Aku membenci orang-orang durhaka meskipun sebenarnya, mungkin, aku pun termasuk golongan mereka.(Imam Syafi’i)
Kewajiban Mencintai Keluarga Rasulullah
Wahai keluarga Rasul! Mencintai kalian wajib hukumnya menurut al-Qur’an.
Kami bangga dengan kalian. Orang yang tidak membaca shalawat untuk kalian, tidak akan mendapat rahmat.(Imam Syafi’i)
Cinta Allah pada Manusia
Rasulullah Saw. bersabda, Allah Swt. berfirman:
Hamba-Ku yang beriman masih terus mendekatkan diri kepada-Ku sampai Aku mencitainya.
Maka bila Aku mencintainya, jadilah Aku pendengarnya, penglihatannya… (Hadis Qudsi)
Cinta Orang Kafir dan Beriman
Allah Swt. berfirman:
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman dengan sangat mencintai Allah. (QS. al-Baqarah: 165).
Zuhud Dunia
Rasulullah Saw bersabda:
Zuhudlah engkau pada dunia, pasti Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada pada manusia, pasti manusia mencintaimu.
Cinta bagaikan Bara Api
Cinta adalah penyembuh bagi kebanggaan dan kesombongan, dan pengobat bagi seluruh kekurangan diri.
Cinta adalah bara api yang siap membakar dan menyala, selain yang dicinta.
Tauhid adalah pedang, yang jika diayunkan oleh pemiliknya akan dapat membakar semuanya, selain Allah Swt.
Ibadah dengan Cinta
Di taman cinta yang indah mempesona, ibadah itu berubah menjadi keindahan dalam kehidupan yang membawa kesenangan, keriangan, dan kebahagiaan.
Di bawah keteduhan naungan cinta, perintah ibadah tidak lagi menjadi beban yang harus dipikul, tetapi ia adalah sesuatu yang patut diterima dengan senang dan gembira. (Khalid Muhammad Khalid)
Cinta Ingin Berjumpa dengan Allah
Cinta kepada Allah itu menarik-narik dari Ahlullah berbagai penjuru, maka sebagian dari mereka ada yang menghendaki hidup seribu tahun agar kelezatan ibadah itu dapat dirasakan terus menerus dalam kerinduan.
Sebagian lagi ada yang menghendaki secepatnya meninggalkan dunia fana ini, bahkan mereka sanggup membayarnya dengan harga yang mahal, agar mereka dapat segera merasakan manisnya perjumpaan dengan Allah Swt.( Khalid Muhammad Khalid)
Engkau durhaka kepada Allah dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya. Ini adalah suatu kemustahilan. Apabila benar engkau mencintai-Nya, pastilah engkau taati semua perintah-Nya.
Sesungguhnya orang menaruh cinta tentulah bersedia menaati perintah orang yang dicintainya.
Dia telah kirimkan nikmat-Nya kepadamu setiap saat dan tak ada rasa syukur yang engkau panjatkan kepada-Nya. (Imam Syafi’i)
Mencintai Wanita
Semua orang menyenangi wanita, tetapi mereka berkata, “Mencintai wanita adalah awal sebuah derita.
"Bukan wanita yang membuat derita, tetapi mencintai wanita yang tidak mencintaimulah yang akan menciptakan derita bagimu."(Imam Syafi’i)
Senda Gurau
Yaqut al-Hamawi meriwayatkan dari Ibnu Umar al-Syafi’i, dia mengatakan bahwa Abu Abdillah al-Syafi’i pernah menikahi seorang wanita Quraisy di Mekkah. Kemudian al-Syafi’I pernah mencandai istrinya itu dengan mengatakan:
Di antara malapetaka yang sangat dahsyat adalah jika kamu mencintai wanita atau laki-laki yang tidak mencintai kamu. Ia akan selalu berpaling darimu. Meskipun kamu menungguinya dengan penuh kesabaran, ia tak akan menggubrismu.(Imam Syafi’i)
Membalas Kebaikan dengan Kejahatan
Malapetaka paling besar adalah bila engkau mencintai seseorang yang sedang mencintai orang lain. Atau jika engkau mengharap kebaikan seseorang, akan tetapi justru orang itu berharap agar kita celaka atau binasa.(Imam Syafi’i)
Mencintai Orang-orang Saleh
Aku mencintai orang-orang saleh, meskipun aku belum termasuk golongan mereka. Aku tetap berharap semoga aku mendapatkan syafaat dari mereka.
Aku membenci orang-orang durhaka meskipun sebenarnya, mungkin, aku pun termasuk golongan mereka.(Imam Syafi’i)
Kewajiban Mencintai Keluarga Rasulullah
Wahai keluarga Rasul! Mencintai kalian wajib hukumnya menurut al-Qur’an.
Kami bangga dengan kalian. Orang yang tidak membaca shalawat untuk kalian, tidak akan mendapat rahmat.(Imam Syafi’i)
Cinta Allah pada Manusia
Rasulullah Saw. bersabda, Allah Swt. berfirman:
Hamba-Ku yang beriman masih terus mendekatkan diri kepada-Ku sampai Aku mencitainya.
Maka bila Aku mencintainya, jadilah Aku pendengarnya, penglihatannya… (Hadis Qudsi)
Cinta Orang Kafir dan Beriman
Allah Swt. berfirman:
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman dengan sangat mencintai Allah. (QS. al-Baqarah: 165).
Zuhud Dunia
Rasulullah Saw bersabda:
Zuhudlah engkau pada dunia, pasti Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada pada manusia, pasti manusia mencintaimu.
Cinta bagaikan Bara Api
Cinta adalah penyembuh bagi kebanggaan dan kesombongan, dan pengobat bagi seluruh kekurangan diri.
Cinta adalah bara api yang siap membakar dan menyala, selain yang dicinta.
Tauhid adalah pedang, yang jika diayunkan oleh pemiliknya akan dapat membakar semuanya, selain Allah Swt.
Ibadah dengan Cinta
Di taman cinta yang indah mempesona, ibadah itu berubah menjadi keindahan dalam kehidupan yang membawa kesenangan, keriangan, dan kebahagiaan.
Di bawah keteduhan naungan cinta, perintah ibadah tidak lagi menjadi beban yang harus dipikul, tetapi ia adalah sesuatu yang patut diterima dengan senang dan gembira. (Khalid Muhammad Khalid)
Cinta Ingin Berjumpa dengan Allah
Cinta kepada Allah itu menarik-narik dari Ahlullah berbagai penjuru, maka sebagian dari mereka ada yang menghendaki hidup seribu tahun agar kelezatan ibadah itu dapat dirasakan terus menerus dalam kerinduan.
Sebagian lagi ada yang menghendaki secepatnya meninggalkan dunia fana ini, bahkan mereka sanggup membayarnya dengan harga yang mahal, agar mereka dapat segera merasakan manisnya perjumpaan dengan Allah Swt.( Khalid Muhammad Khalid)
Cinta Membersihkan Hati
Cinta kepada Allah dapat membersihkan hati dari kenistaan dan ketergantungan terhadap dunia.
Cinta kepada Allah adalah factor yang terkuat pengaruhnya dalam hati manusia. Ia adalah api dan cahaya.
Ia membersihkan hati, menerangi dan memberinya keteguhan.
(Muhammad Mahdi al-Shifi)
Menangis Bukan Karena Cinta Dunia
Amru bin Geis berkata sambil menangis di waktu menderita sakit yang menghantarkannya pada sang sakaratul maut:
“Saya bukan menangis karena dunia yang kalian cintai, tetapi yang kutangisi adalah terpisahnya tenggorokanku dari kehausan di musim panas dan terpisahnya diriku dari bangun malam di musim dingin.”
(Muhammad Mahdi al-Shufi)
Rindu pada Allah
Abdullah bin Zakaria berkata:
“Sekiranya aku disuruh memilih umur sampai seratus tahun dan kugunakan untuk beribadah kepada Allah dengan nyawaku diambil hari ini juga, niscaya kupilih nyawaku dicabut sekarang juga, karena rinduku kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang saleh dari hamba-hamba-Nya.( Muhammad Mahdi al-Shifi)
Sakit Cinta
Suatu ketika, Jalaluddin Rumi ditanya gurunya, Syamsuddin Tabriz, “Apakah Anda tidak mengetahui, bahwa semua orang sakit mendambakan kesembuhan, kecuali para penderita sakit cinta, mereka merindukan sakitnya bertambah dan berhasrat agar sakitnya itu berlipat ganda. Cinta adalah penyakit, tetap ia akan membebaskan penderitaannya dari segala penyakit lain.
Apabila penyakit cinta menimpa seseorang, maka dia tidak akan ditimpa penyakit lain.
Ruhaninya menjadi sehat, bahwa nyawanya adalah kesehatan, yang semua orang ingin membelinya.*
Jangan Cinta Seperti Anjing
Jika mata batin Anda tidak mampu menangkap dan mencermati secara seksama terhadap kemuliaan dan kesempurnaan Sang Maha Pencipta dan tidak mampu mencintai-Nya dengan kecintaan yang amat sangat, maka Anda jangan sampai tidak mencintai pemberi nikmat dan yang berbuat baik kepada Anda.
Anda jangan sekali-kali lebih rendah dari seekor anjing, sebab anjing itu mencintai tuannya yang selalu berbuat baik kepadanya.(Imam al-Ghazali)
Kehilangan Mahabbah
Mahabbah kepada Allah ibarat air kehidupan bagi hati dan konsumsi pokok dari setiap jiwa manusia.
Tidak ada kelezatan, kenikmatan, kebahagiaan dan kehidupan bagi hati, kecuali dengan mahabbatullah. Apabila hati manusia kehilangan mahabbah, maka ia akan merasakan sakit yang amat sangat, melebihi sakitnya mata yang kehilangan korneanya, telinga yang kehilangan gendang pendengarannya, bahkan menyebabkan kerusakan hati.
Apabila hati sudah kosong dari mahabbah kepada Sang Khalik, maka dapat dipastikan bahwa rusaknya hati lebih parah daripada rusaknya raga terpisah dari ruhnya. (Dr. Ahmad Faried)
Hati Orang Bermahabbah
Fatah al-Mushili berkata:
“Orang yang memiliki mahabbah, baginya dunia ini bukan tempat mereguk semua kelezatan yang kekal, selalu mengingat Allah, walaupun hanya sekejap mata.”
Sebagian ulama salaf berkata: “Orang yang bermahabbah, hatinya senantiasa melayang mencari-Nya, mencari keridlaan-Nya dengan segala cara ia mampu untuk melakukannya berupa amalan-amalan fardlu maupun sunnah (nawafil), dengan merasakan rindu yang membara (syauq) kepada-Nya.( Dr. Ahmad Faried)
Cinta dan Pengampunan
Cinta dan pengampunan Allah kepada manusia adalah rahmat. Sedangkan cinta manusia kepada Allah adalah suatu kualitas yang dimanifestasikan di dalam hati para Mukminin, sehingga mereka akan selalu berusaha memuaskan Kekasihnya.
Merasa serentak dan tanpa henti-hentinya, dorongan rindu tanpa henti-hentinya untuk dapat memandang Allah serta tidak dapat dialihkan kepada siapa pun kecuali Allah.
Akan selalu merasa akrab dengan mengingat-ingat-Nya dan bersumpah tidak akan mengalihkan ingatannya itu kepada selain-Nya.
(al-Hujwiri)
Dua Macam Cinta Mukminin
Para Mukminin yang mencintai Allah terdapat dua macam:
Pertama, mereka yang menganggap bahwa kebaikan dan kedermawanan Allah kepada mereka, dan dibimbing oleh anggapan tersebut untuk mencintai Sang Dermawan.
Kedua, bagi mereka yang tertawan hatinya oleh cinta, di mana mereka berpendapat bahwa semua kebaikan-kebaikan Allah bagaikan sebuah hijab (antara mereka dengan Allah), dan dengan manganggap Allah sebagai Dermawan akan membimbing pada perenungan kebaikan-kebaikan Allah.(al-Hujwiri)
Cinta kepada Allah dapat membersihkan hati dari kenistaan dan ketergantungan terhadap dunia.
Cinta kepada Allah adalah factor yang terkuat pengaruhnya dalam hati manusia. Ia adalah api dan cahaya.
Ia membersihkan hati, menerangi dan memberinya keteguhan.
(Muhammad Mahdi al-Shifi)
Menangis Bukan Karena Cinta Dunia
Amru bin Geis berkata sambil menangis di waktu menderita sakit yang menghantarkannya pada sang sakaratul maut:
“Saya bukan menangis karena dunia yang kalian cintai, tetapi yang kutangisi adalah terpisahnya tenggorokanku dari kehausan di musim panas dan terpisahnya diriku dari bangun malam di musim dingin.”
(Muhammad Mahdi al-Shufi)
Rindu pada Allah
Abdullah bin Zakaria berkata:
“Sekiranya aku disuruh memilih umur sampai seratus tahun dan kugunakan untuk beribadah kepada Allah dengan nyawaku diambil hari ini juga, niscaya kupilih nyawaku dicabut sekarang juga, karena rinduku kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang saleh dari hamba-hamba-Nya.( Muhammad Mahdi al-Shifi)
Sakit Cinta
Suatu ketika, Jalaluddin Rumi ditanya gurunya, Syamsuddin Tabriz, “Apakah Anda tidak mengetahui, bahwa semua orang sakit mendambakan kesembuhan, kecuali para penderita sakit cinta, mereka merindukan sakitnya bertambah dan berhasrat agar sakitnya itu berlipat ganda. Cinta adalah penyakit, tetap ia akan membebaskan penderitaannya dari segala penyakit lain.
Apabila penyakit cinta menimpa seseorang, maka dia tidak akan ditimpa penyakit lain.
Ruhaninya menjadi sehat, bahwa nyawanya adalah kesehatan, yang semua orang ingin membelinya.*
Jangan Cinta Seperti Anjing
Jika mata batin Anda tidak mampu menangkap dan mencermati secara seksama terhadap kemuliaan dan kesempurnaan Sang Maha Pencipta dan tidak mampu mencintai-Nya dengan kecintaan yang amat sangat, maka Anda jangan sampai tidak mencintai pemberi nikmat dan yang berbuat baik kepada Anda.
Anda jangan sekali-kali lebih rendah dari seekor anjing, sebab anjing itu mencintai tuannya yang selalu berbuat baik kepadanya.(Imam al-Ghazali)
Kehilangan Mahabbah
Mahabbah kepada Allah ibarat air kehidupan bagi hati dan konsumsi pokok dari setiap jiwa manusia.
Tidak ada kelezatan, kenikmatan, kebahagiaan dan kehidupan bagi hati, kecuali dengan mahabbatullah. Apabila hati manusia kehilangan mahabbah, maka ia akan merasakan sakit yang amat sangat, melebihi sakitnya mata yang kehilangan korneanya, telinga yang kehilangan gendang pendengarannya, bahkan menyebabkan kerusakan hati.
Apabila hati sudah kosong dari mahabbah kepada Sang Khalik, maka dapat dipastikan bahwa rusaknya hati lebih parah daripada rusaknya raga terpisah dari ruhnya. (Dr. Ahmad Faried)
Hati Orang Bermahabbah
Fatah al-Mushili berkata:
“Orang yang memiliki mahabbah, baginya dunia ini bukan tempat mereguk semua kelezatan yang kekal, selalu mengingat Allah, walaupun hanya sekejap mata.”
Sebagian ulama salaf berkata: “Orang yang bermahabbah, hatinya senantiasa melayang mencari-Nya, mencari keridlaan-Nya dengan segala cara ia mampu untuk melakukannya berupa amalan-amalan fardlu maupun sunnah (nawafil), dengan merasakan rindu yang membara (syauq) kepada-Nya.( Dr. Ahmad Faried)
Cinta dan Pengampunan
Cinta dan pengampunan Allah kepada manusia adalah rahmat. Sedangkan cinta manusia kepada Allah adalah suatu kualitas yang dimanifestasikan di dalam hati para Mukminin, sehingga mereka akan selalu berusaha memuaskan Kekasihnya.
Merasa serentak dan tanpa henti-hentinya, dorongan rindu tanpa henti-hentinya untuk dapat memandang Allah serta tidak dapat dialihkan kepada siapa pun kecuali Allah.
Akan selalu merasa akrab dengan mengingat-ingat-Nya dan bersumpah tidak akan mengalihkan ingatannya itu kepada selain-Nya.
(al-Hujwiri)
Dua Macam Cinta Mukminin
Para Mukminin yang mencintai Allah terdapat dua macam:
Pertama, mereka yang menganggap bahwa kebaikan dan kedermawanan Allah kepada mereka, dan dibimbing oleh anggapan tersebut untuk mencintai Sang Dermawan.
Kedua, bagi mereka yang tertawan hatinya oleh cinta, di mana mereka berpendapat bahwa semua kebaikan-kebaikan Allah bagaikan sebuah hijab (antara mereka dengan Allah), dan dengan manganggap Allah sebagai Dermawan akan membimbing pada perenungan kebaikan-kebaikan Allah.(al-Hujwiri)
0 komentar:
Post a Comment