14.6.11

Keterangan-keterangan Khumaini mengenai Syaikhan (Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar)

Khumaini disamping statusnya sebagai mujtahid, cendekiawan Syi’ah, dan pengganti imam gaib (sesuai klaimnya) dan berdasarkan teori wilayatul faqih-nya dipandang sebagai aktor yang memiliki peranan bagi Syi’ah. Dia telah menjelaskan aqidahnya mengenai syaikhani dan sahabat-sahabat mereka berdua secara jelas sebagaimana aqidah tersebut terlihat jelas dari ungkapan-ungkapan al-Kulaini dan al-Majlisi yang dinisbatkan kepada para imam ma’shum (versi Syi’ah) tanpa menggunakan taqiyyah dalam masalah ini.

Khumaini berbicara panjang lebar dalam kitabnya yang populer, Kasyful Asror, yang berbahasa Persia seputar masalah ini pada hal. 52-69. Saya telah menjelaskan dan menyebutkan ringkasan aqidah tersebut (dalam Kasyful Asror) dengan menggunakan angka-angka. Dan disini saya anggap cukup dengan mengutip ringkasan-ringkasan aqidah tersebut, karena takut akan membuat tulisan ini menjadi panjang.

Ringkasan pernyataan Khumaini mengenai Abu Bakar
Umar, Utsman (pemilik dua cahaya) dan mayoritas sahabat ra.

  1. Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar serta teman-teman mereka tidak pernah beriman dengan hati mereka. Mereka hanya secara lahiriyah demi ambisi meraih jabatan politis dan hanya ingin memanfaatkan hubungan dekat dengan Rasulullah SAW. (Kalimat “alshoqu” – mereka menggabungkan diri dengan Rasulullah demi ambisi politik adalah ta’bir, ungkapan Khumaini sendiri).1)
  2. Sesungguhnya rencana menduduki kekuasaan sepeninggal Rasulullah SAW telah membuat mereka semenjak awal mengatur persekongkolan demi tujuan tersebut dan membentuk partai yang kuat untuk menampung orang-orang yang bersimpati kepada mereka. Tujuan tunggal mereka adalah menguasai pemerintahan sepeninggal Rasulullah. Di luar tujuan tersebut mereka tidak mempunyai kepentingan terhadap Islam.
  3. Bila kami andaikan, seandainya dalam al-Quran terdapat keterangan konkrit mengenai imamah dan khilafah Ali (jabatan imam dan pengganti) sepeninggal Rasulullah, hal itu tidak akan membuat mereka surut dari tujuan dan rencana semula. Rencana yang membuat mereka memanfaatkan hubungan dekat dengan Rasulullah dan Islam. dan niscaya mereka akan menggunakan segala taktik dan tipu muslihat untuk merealisasikan ambisi tersebut tanpa menghiraukan hukum-hukum Tuhan. 2)
  4. Menentang hukum-hukum al-Quran dan perintah Rasulullah bagi mereka adalah hal yang sepele. Mereka banyak melanggar ayat-ayat al-Quran dan perintah Rasul. Khumaini lalu memberikan contoh-contoh pelanggaran mereka terhadap al-Quran al-Karim dengan menggunakan huruf-huruf besar. Seperti kalimat “pelanggaran Abu Bakar terhadap nash al-Quran” dan “pelanggaran Umar terhadap al-Quran”.
  5. Seandainya keadaan menuntut untuk membuang ayat-ayat yang turun mengenai khilafah Ali karena mereka adalah pemegang kekuasaan, niscaya mereka akan kelakukan hal itu dan niscaya ayat tersebut akan sirna dari al-Quran selamanya, sehingga al-Quran mengalami perubahan sebagaimana Taurat dan Injil.
  6. 6. Bila mereka tidak mengeluarkan ayat tersebut dari al-Qu’an, niscaya mereka akan membuat hadits sendiri yang di nisbatkan kepada Rasullulah lalu di sebarkan kepada manusia seraya mengatakan bahwa Rasullulah menyatakan hal tersebut menjelang hari wafatnya, dan mengatakan bahwa khilafah di tetapkan berdasarkan musyawarah, dan Ali telah di copotsari jabatan imamah yang tercantum dalam al-Quran.
  7. Tidak menutup kemungkinanpula jika Umar mengatakan dalam konteks ayat tersebut,”Sungguh Allah merasa bimbang dalam menurunkan ayat tersebutatau telah nyata terdapat keragu-raguan pada jibril atau Rasulullah dalam memahami ayat tersebut. Tegasnya mereka telah melakukan kekeliruan.
  8. Khumaini mengutip cerita qirtnas lalu membuat tulisan tentang Umar dengan sangat pedih. Iamenyatakan bahwa Umar telah berbuat jahat kepada Rasulullah dalam masa akhir hidup beliau. Perlakuan jahat Umar menyebabkan nyawa Rasulullah menderita. Rasulullah pergi meninggalkan dunia dengan menanggung bekas kesusahan tersebut dihati beliau. Khumaini menyatakan dalam konteks ini bahwa kata “al-isa-ah” (perlakuan jahat) telah mengungkap kekufuran dan kezindikan yang tersembunyi dalam hati Umar.
  9. Seandainya Abu Bakar dan Umar serta kelompok mereka mengetahui bahwa mereka akan gagal meraih jabatan pemerintahan apabila tetap menganut agama Islam serta selama ada ayat tersebut yang jika ada niscaya turun menyangkut khilafah Ali, dan mereka melihat tidak ada jalan lain untuk meraih jabatan tersebut kecuali dari Islam, niscaya mereka akan menempuh jalan tersebut dan berdiri bersama kelompok mereka dalam melawan Islam, seperti Abu jahal dan Abu lahab
  10. Kondisi mayoritas sahabat terbelah menjadi dua. Yaitu kelompok yang bergabung bersama mereka dengan memberi-kan bantuan dan dukungan dalam meraih kekuasaan dan kelompok yang merasa takut kepada mereka serta tidak memiliki keberanian untuk mengucapkan satu kata patah kata pun dalam melawan mereka.

Setelah membaca tulisan-tulisan Khumaini dalam Kasyfu al-Asrar, tidak tersisa sedikitpun keraguanbahwa sesungguhnya aqidah Khumaini menyangkut Syaikhan dan rekan-rekan mereka yang di beri predikat “as-Sabiqun al-Awwalun” sama persis dengan apa yang saya kutip dari riwayat-riwayat al-Kulani dan al-Majlisi yang menyatakan bahwa mereka (sahabat) seluruhnya ma’dzallah, telah menjadi kafir, munafiq, dan terhalang dari iman. Riwyat trsebut juga menyatakan bahwa mereka adalah penyembah-penyembah dunia yang menerima islamdengan lisan mereka demi ambisi meraih jabatan pemerintahan. Sedangkan dalam batin, mereka adalah musuh-musuh rasulullah.Astghfirullah al-adziim (dari menulis ungkapan-ungkapan seperti ini ).


1) . Kasyful Asror.
2) . Ibid. 113.

0 komentar:

Post a Comment

 
oleh Ahadan blog | Bloggerized by Ahadan | ahdan