21.1.14

Jernihkan hati dengan bercermin pada para ulama

cermin Ibnu mas’ud ra. berkata : Ilmu bukanlah (diukur) berdasar banyaknya riwayat, namun ilmu (sesungguhnya) adalah cahaya ilahi yang disematkan dalam hati seseorang.

Sudahkah kita menjernihkan hati dari kotoran yang menodainya? Dari penyakit-penyakit yang menjangkitinya? Dan dari akhlak-akhlak buruk yang mengeruhkannya?

Siapapun yang tidak membersihkan hatinya sebelum ia mempelajari suatu ilmu, -ilmu apapun itu- lalu ilmu masuk dalam hatinya, sedangkan hatinya dalam keadaan penuh kotoran dan noda,terjangkit penyakit-penyakit akhlak yang kronis, maka takkan mampu ilmu itu membawa pengaruh baik sedikitpun bagi pemilik hati tersebut.

Al-Ghazali dal ál-ihya’ulumuddin juga menjelaskan bahwa hati manusia adalah tempat tinggal bagi para malaikat yang mengilhamkan pada pemilik hati tersebut hikmah-hikmah ilahiah. Sedangkan sifat-sifat yang tidak terpuji atau Al-ahlaq Al-madzmumah seperti sifat marah, syahwat, dendam, dengki, sombong, suka pamer, dan sifat buruk lainya ibarat anjing-anjing yang menggonggong dan memenuhi rumah tersebut. Lalu bagaimana mungkin malaikat sudi memasuki rumah (hati) yang dipenuhi anjing,sedangkan seperti disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan imam al bukhory, malaikat (jibril) tidak berkenan memasuki rumah yang didalamnya terdapat  anjing dan gambar-gambar. Padahal, masih menurul al ghazali, tanpa perantaraan malaikat hati kita takkan mampu menerima ilmu yang merupakan pancaran cahaya ilahi seperti dalam firman allah swt.:

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ (٥١

Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. QS Asy-syuraa 51.

Begitulah cara rahmat Allah yang berupa ilmu ataupun rahmat lainnya bisa masuk dalam hati manusia. Malaikatlah yang meresapkanya dalam hati seseorang, malaikat yang notabenenya adalah mahluk allah yang tersucikan dari kotoran, yang terbebas dari sifat tercela takkan sudi menghampiri hati yang tak bersih, takkan berkenan memasuki hati yang dipenuhi  akhlak-ahlak tidak terpuji laksana rumah yang dipenuhi anjing.

Dari apa yang telah terpaparkan diatas dapatlah kita pahami bahwa setiap ilmu yang berkaitan dengan amal dhahir pasti mempunyai hubungan dengan amal batin, seperti ilmu fikih, ilmu bahasa, ataupun ilmu pengetahuan dan teknologi misalnya, pasti mempunyai hubungan dengan amal batin seperti kasalehan hati dan keteguhan iman. Hal ini karena ilmu itu sendiri adalah pengetahuan apapun yang mampu menghasilkan rasa takut kepada allah. Sebagaimana bisa dipahami dari firman allah :

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ……

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.. QS Faathir . 28

Salah satu cara yang terbukti ampuh untuk menjernihkan hati dalam arti menyembuhkannya dari penyakit akhlak buruk yang menjangkitinya adalah dengan banyak membaca buku-buku Mawaidz yaitu buku-buku berisi nasihat dan petuah ulama, buku-buku tentang tazkiyatun nufus dan kitab-kitab (رقائق) “raqaa’iq”, yaitu cara untuk melembutkan hati manusia. Dan juga buku tentang biografi ulama yang banyak menceritakan tentang kehidupan  dan akhlak keseharian para ulama, orang-orang soleh, dan para sufi.

Perlu diketahui bahwa hati manusia  pada dasarnya diciptakan dengan karakter menyukai kebaikan dan kesalehan juga para pelakunya, dan jika hati manusia menyukai sesuatu maka ia akan menirunya, dan mengaplikasikanya pada prilaku pemilik hati itu sendiri. Jadi dengan banyak membaca biografi para ulama, orang-orang sholeh, para ahli zuhud, ahli ibadah dan para wali tentu hati akan mendapat pencerahan dan inspirasi yang baik, atau setidaknya hati kita takkan lalai dari jalan hidup yang lurus yang harus ditempuhnya dengan berkaca pada perilaku dan kehidupan para ulama dan orang-orang sholeh tersebut. Wallaahu a’lam.

 

sumber ; pp mus sarang

0 komentar:

Post a Comment

 
oleh Ahadan blog | Bloggerized by Ahadan | ahdan