17.5.11

Al-Qur’an Tidak Butuh Pada Hadits !!!


Suatu judul yang menimbulkan segudang pertanyaan. Apakah benar al-qur’an tidak membutuhkan hadits?, mari kita simak kajian berikut baik-baik agar kita bisa menilai apakah hadits dibutuhkan oleh al-qur’an tentunya dalam memahami isi kandungan al-qur’an tersebut.
Kalau kita sekilas bicara bahwa al-qur’an tidak butuh hadits maka, sama artinya mengatakan buang saja Hadist kita cukup menggunakan al-Qur’an saja. Mungkin orang-orang yang berkata begitu terlalu sempit dalam mempelajari al-qur’an dan mungkin baru saja membaca al-qur’an surah al-An’am ayat 38,
ما فرطنا فى الكتاب من شيء
Tiadalah Kami meninggkalkan sesuatupun dalam Al-Kitab

Sebagian mufassir menafsirkan al kitab dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.

Ayat ini menjelaskan bahwa Qur’an mencakup dan menjelaskan dalam semua hal, lalu kenapa kita butuh pada yang lain? Kenapa kita butuh pada Hadist, kalau al-Qur’an telah memberikan wawasan pada kita pada segala sesuatu!

Perkataan ini kalau kita letakan pada parameter ilmiyah akan melahirkan 2 kesimpulan, yaitu :
1.      Agar kita hanya menggunakan Qur’an.
2.      Kita dibawa untuk menyalahkan al-Qur’an.

Dua hal tersebut akan nampak jelas ketika kita mengkaji pada al-Qur’an sendiri jelas disana tak ada satupun perintah pada alqur’an yang mengatakan : “cukuplah kamu semua dalam memahami agama islam dengan kitab ini”. Akan tetapi Qur’an mengatakan jadikan sunah Muhammad sebagai penjelas dari perkataanKu yang kurang jelas,  jadi sunah Muhammad (semua tindakan dan perkataan Nabi Muhammad) jadi pegangan kedua setelah kitab ini.

Teks alqur’an yang menjelaskan perintah di atas : “ surah annisa’ ayat 64:…… dan seterusnya.
وما ارسلنا من رسول الا ليطاع بإذن الله


Dalam teks ini jelas-jelas Allah memerintahkan kita untuk menta’ati rasulullah, jadi kalau kita mau mengkaji lebih jauh maka semua prilaku perbuatan rasullah bisa menjelaskan al-qur’an yang sebenarnya.
Jelas sekali setelah kita mencermati ayat diatas, perkataan yang mereka lontarkan akan al-qur’an tidak butuh hadits sangat salah, bahkan perkataan itu jelas-jelas menentang teks sangat jelas (ekplisit). Bahkan menyalahkan alqur’an. Lalu bagaimana dia mau berpegang pada qur’an kalau dia menyalahkn alqur’an dan berpaling dari perintah-perintahnya nya.

Nabi sendiri pernah meramalkan pada hal ini sebagai mana yang di tuturkan pada hadis panjangnya, yang mana nabi mengatakan :
“…… maka berpeganglah kalian pada hadisku dan hadis para hulafa’ arrasidin almahdiyin….”.

Kasus yang diramalkan nabi ini, pada hakikatnya adalah untuk mengungkap kesombongan mereka(orang-orang yang mengingkari hadist) dengan berkedok berpegang pada al-qur’an.

Dari sisi lain perkataan diatas diangkat  karna alasan untuk membela rasul, menyelamatkan beliau dari berbagai hadis dzoif mungkar dan maudzo’ yang diatas namakan beliau.

Padahal jelas sekali sekarang itu sudah sangat bisa dibedakan antara hadist yang shohih dengan yang lainnya. Sedangkan hadist sendiri adalah sumber yang prtama dari berbagai sumber agama islam setelah al-qur’an. Yang terjaga dari penyelewengan. Dengan bukti dikemudian hari kita mengenal tentang ilmu mustholah hadis, jareh wa takdil. Yang jelas kedua ilmu ini didatangkan untuk menjaga hadist nabi.

Mengherankan sekali kalau perkataan semacam ini dikeluarkan pada zaman sekarang, dengan alasan tidak mampu membedakan mana hadis yang shohih dan yang dzoif, lalu hanya berpegang al-qur’an semata. Bahkan mungkin kalau mereka hidup pada kurun pertama atau kedua hijriyah niscaya mereka akan merobek hadist dan menghancurkan islam hingga berkeping-keping.

Alasan lain yang diangkat adalah dengan mengakatan bahwa hadis nabi tidak selaras dengan zaman atau tidak selaras pada peradaban modern, sebagaimana dengan mengangkat beberapa hadis, sebagai mana hadis masalah lalat dan hadis yang memerintahkan menjilati jari dan piring setelah makan.

Kedua hadis diatas dianggap oleh mereka sangat tidak sesuai dengan kemajuan peradaban modern.

Jawaban atas alasan tersebut akan kita kembalikan pada setandar kemajuan itu sendiri.

Secara ilmu dealektika ( mantiq) dikatakan bahwa standar kemajuan adalah setiap perkara yang selaras dengan logika dan ilmu, dan tiap perkara yang selaras dengan fitrah manusia, kebutuhan pokok untuk pembangunan manusia.

Dalam parameter ilmiah kita akan katakan : apa kejanggalan hadis tentang lalat itu? Jelas dikatan bahwa pada salah satu sayap lalat ada penyakit dan yang lain ada obat. Oleh karma itu nabi memerintahkan agar dicelupkan sekalian sebagai menetralisir dari bahaya yang di sebabkan oleh slah satu sayapnya.

Sungguh sangat lucu kalau kita ragu pada hadis ini, tentu kita akan lebih ragu lagi ketika beliau berbicara tentang masalah siksa kubur, pertanyaan-pertanyaan  malaikat manusia dihadapkan oleh allah di hari ahir. Akan tetapi mereka berlasan tidak mengingkari hal-hal tersebut karna dihukumi kafir. Dan mengingkari hadis lalat karna dianggap tidak sesuai oleh zaman.

Meskipun aku secara pribadi bukan ahli dalam bidang ini ( kedokteran) tapi sudah cukup bagiku iman pada perkataan nabi muhammad, akan tetapi untuk meyakinkan mereka (orang-orang yang belum percaya oleh perkataan nabi muhammad) bisa kita tengok pada pembuktian pakar pada zaman sekarang yang menyelidiki tentang lalat.
Kesimpulannya adalah sebaggai berikut:

Surat kabar tisyrin dimasqo pengeluaran hari 16/6/87. Menceritakan tentang kabar yang dimuat pada surat kabar sanghai, yang dikeluarkan pada tahun 87. dikatan : “para pakar cina belakang mengungkap bahwasannya dalam tubuh lalat terdapat protein aktif yang memiliki kemampuan besar untuk membunuh bakteri dan firus yang terkandung didalamnya yang menimbulkan penyakit. Senkhu juga menukil dari halamaan sinmin cina perkataan yang mengatakan : bahwa jenis serangga ini memiliki protein kuat yang mampu membunuh firus dan bakteri dengan sangat pasti.

Ungkapan ini diucapkan oleh surat kabar cina yang dinukil dari para pakar dan dokter yang mereka tidak ada hubungan dengan agama bahkan tidak pernah bersentuhan dengan hadis ini, dan tidak pernah iman atau ingkar oleh hadis nabi muhammad.

Mengenai hadis nabi yang kedua, yang memerintahkan menjilat jari dan piring (tempat makan), maka sebenarnya hal ini adalah merupakan ungkapan syukur, yang wajib kita lakukan kepada dzat yang memberikan kenikmatan.

Arab mereka makan menggunakan tangan dan saat itu belum ada sendok dan garpu, lalu apakah mereka harus membuang sisa makanan itu sehingga bercampur dengan berbagai kotoran, apakah itu yang dinamakan kemajuan dan yang agung-agungkan? Apakah ini yang dinamakan syukur nikmat?

Mari kita letakkan masalah ini dalam parameter kemajuan. Parameter perasaan manusia yang mulia. Parameter pemenuhan terhadap Allah yang memberi nikmat, orang berakal mana yang mengatakan bahwa parameter ini akan memutuskan agar manusia meninggal sisa makanannya dengan praktek diatas( membuang dalam kotoran) setelah kenyang.

Bukti agar engkau percaya pada perkataan ini adalah bandingan ketika engkau dalam kondisi sangat lapar sehingga saja kamu mengalami kerusakan. Dan antara kondisimu saat engkau bergelimpang dengan nikmat, apa yang engkau lakukan dalam kondisi yang pertama? Dan kamu melihat sisa-sisa makanan di tengah tempat makan, niscaya kamu segera mengambil makanan itu dengan sendok dan juga jari-jarimu bahkan dengan mulutmu.

Dialektika tentang arti syukur adalah : lisan yang berucap memuji allah dalam kenyang, dan juga lisan itu yang memuji allah dalam keadaan lapar. Sedangkan dialektika pemenuhan atas nikmat adalah bahwa intisari syukur kepada Allah tidak diwujudkan dengan menyianyiakan makanan ketika dalam kecukupan dan baru memungutnya ketika kelaparan. Jadi intinya hadist diatas adalah ajakan untuk bersukur dan pemenuhan ( dalam nikmat) dan ajakan menjahui dari cacian dan kesombongan.

Alasan lain mengatakan bahwasanya hadist nabi itu tidaklah murni dari ketetapan agama yang karnanya dia diutus, akan tetapi mohammad adalah seperti kita, yang tak terlepas dari sifat kemanusiaan.
Jawabannya adalah kami meyakini bahwa hadis nabi adalah sumber dari syariat islam. Dengan landasan kalam Allah dan ketetapan al-qur’an yang jelas kebenarannya, namun perlu diketahui bahwa apa yang dilakukan muhammad itu dianggap hadist, ada beberapa hal aktifitas yang sifatnya adalah watak kemanusiaan sebagaimana manusia yang lain, dia makan, minum, tidur, lelah, mengantuk dan berbagai sifat yang lain sebgaimana yang dialami oleh manusia. Perbuatan perbuatan ini tidak termasuk hadits, akan tetapi yang masuk dalam kategori sunah adalah : keharam, kehalalan kewajiban dan kemekruhan dan seterusnya. Dan hal ini telah disebutkan oleh kitab-kitab ushul fiqih.

Pada ahir makalah ini dokter buthi menyinggung tentang strategi yang memang dilancarkan oleh kelompok barat untuk menghancurkan islam. Yang secara garis besar difokuskan dalam dua perkara : pertama adalah memisah sunah dari al-quran dan memisah qur’an dari sunah dan membuat muslim menerima bahwa sunah adalah sekedar ijtihad muhammad.

Yang kedua menjadikan qur’an tunduk pada ijtihad, dan takwil terbuka, dan menjadikan islam mengikuti peradaban barat serta tenggelam dalam politiknya.

Intinya diperkataan ini tujuannya adalah satu , yaitu mengeluarkan qur’an dari perkara yang menjaga dan melindunginya, ya itu adalah hadist nabawi. Dan sekarang ini istilah qiro’ah al-mu’asyiroh  dijadikan sebagai sesuatu yang menenpati tempatnya hadist, untuk menghukumi al-qur’an. Tujuan dari istilah ini adalah mengganti islam, menghancurkan pondasi dan hokum-hukum islam, serta memutuskan antara islam dengan muslim.

Mustahil al-qiroah muasyiroh ini mampu menghancurkan qur’an selama hadist  melindungi dan menjaga makna dan hokum-hukum nya. Jadi jangan heran kalau mereka berusaha memisahkan qur’an dari hadist.

Kesimpulan
Kita tetap membutuhkan al-hadits untuk memahami al-qur’an sepenuhnya, jadi kalau kita meninggalkan hadits dalam memahami al qur’an sudah barang tentu kita akan keliru dalam memahami al-qur’an tersebut.

0 komentar:

Post a Comment

 
oleh Ahadan blog | Bloggerized by Ahadan | ahdan