1.6.11

BIDADARI BUMI

bidadari bumi
Bidadari adalah dambaan para kaum pria dan semua perempuan bisa menjadi seorang bidadari yang menjadi dambaan, seperti apa sih bidadari bumi tersebut mari kita simak ciri-cirinya :
  1. Ia adalah wanita yang paling taat kepada Allah. Ia senantiasa menyerahkan segala urusan hidupnya kepada hukum dan syariat Allah.
  2. Ia menjadikan Al-Quran dan Al-Hadis sebagai sumber hukum dalam mengatur seluruh aspek kehidupannya.
  3. Ibadahnya baik dan memiliki budi pekerti serta akhlak yang mulia.
  4. Berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya. Ia senantiasa mendoakan orang tuanya, menghormati mereka, menjaga dan melindungi keduanya.
  5. Ia taat kepada suaminya. Menjaga harta suaminya, mendidik anak-anaknya dengan kehidupan yang islami. Jika dilihat menyenangkan dan mententeramkan bila berada dekatnya. Hati akan tenang bila meninggalkannya pergi. Ia melayani suaminya dengan baik, berhias hanya untuk suaminya, pandai membangkitkan dan memotivasi suaminya untuk berjuang membela agama Allah.
  6. Ia tidak bermewah-mewah dengan dunia, tawadhu, bersikap sederhana. Kesabarannya luar biasa atas janji-janji Allah, ia tidak berhenti belajar untuk bekal hidupnya.
  7. Ia bermanfaat dilingkungannya. Pengabdiannya kepada masyarakat dan agama sangat besar. Ia menyeru manusia kepada Allah dengan kedua tangan dan lisannya yang lembut, hatinya yang bersih, akalnya yang cerdas dan dengan hartanya.
Kisah-kisah bidadari bumi

Maha besar Allah yang telah menciptakan makhluk bernama wanita, dan mendudukkan wanita dalam posisi yang tak lagi terhina seperti masa jahiliyah dulu kini islam telah memposisikan mereka sebagai tiangnya, meski lemah tak berdaya tapi tak ada yang bisa hidup tanpanya jika dia menjadi bidadari bumi.


Bidadari I
Robi'ah al-Adawiyyah al-Bashriyyah

Di saat setelah meninggalnya suami Robi'ah, Hasan Basri yang merupakan pembesar Tabi'in, beserta sahabat-sahabatnya masuk ke rumah Robi'ah dengan izin beliau. Robi'ah duduk dibelakang satir untuk bercakap-cakap pada tamunya.

Mereka berkata pada Robi'ah "suami anda telah meninggal, oleh karena itu pilhlah orang yang kau kehendaki dari kami semua". Kemudian Robi'ah menjawab "ya, tapi saya akan mengajukan pertanyaan pada mereka, siapa orang yang lebih mengetahui diriku diantara kalian semua ialah orang yang akan saya nikahi". Kemudian kawan-kawan Hasan Basri menjawab "Hasan Basri wahai Robi'ah" Rogi'ah berkata "jika kamu bisa menjawab empat pertanyaanku maka aku bersedia menjadi istrimu" dan Hasan Basri menyanggupinya jika ia bisa menjawabnya.

Robi'ah mulai mengajukan pertanyaan :
Rabi'ah : "apabila aku meninggal apakah aku dalam keadaan islam ataukah kafir?"
Hasan : "pertanyaan ini adalah termasuk pertanyaan yang tidak diketahui mahluk" jawab Hasan Basri.
Rabi'ah : "apabila aku mati dan malaikat Munkar Nakir menanyaiku apakah aku bisa menjawabnya?"
Hasan : "pertanyaan ini juga termasuk perkara yang tidak diketahui mahluk"
Rabi'ah : "ketika para manusia dihari kiamat nanti digiring dan diberi kitab, sebagian ada yang menerima dengan tangan kanan dan ada juga yang menerima dengan tangan kiri. Termasuk manakah aku?"
Hasan : "wahai Robi'ah hal tersebut yang tahu hanyalah Allah"
Rabi'ah : "ketiak hari kiamat para manusia ada yang dipanggil untuk masuk surga dan ada yang dipanggil untuk masuk neraka. Yang manakah aku?"
Hasan : "ini juga termasuk perkara yang tidak diketahui manusia"
Rabi'ah : "apakah ada orang yang susah dengan perkara empat tadi membutuhkan suami?" jawab Robi'ah menegaskan bahwa dia tidak membutuhkan suami.

Inilah kehidupan seorang yang zuhud yang menghawatirkan akhir hidupnya, kekhawatiran tersebut timbul karena bersih hatinya dari kotoran, dan tertancapnya ilmu yang disertai pengaamalan.
(Uqudulujain :20)

Bidadari II:
Robi'ah binti Ismail as-Syammiyyah

Robi'ah binti ismail as-Syammiyyah adalah salah satu dari empat istri Abi Husain Ahmad bin abi al-Hawari al-Dimasqo, Robia'ah selalu memberi makanan yang beraroma lezat kepada suaminya dan berkata "pergilah dengan kebugaran dan semangat ke rumah kelurga dan istri-istrimu". Robi'ah ini sama sufinya dengan Robi'ah Adawiyyah Basroh.
Beliau tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan seorang hamba Allah, Di setiap selesai sholat Isya' beliau memakai parfum dan juga gaun tidurnya kemudian menghampiri sang suami untuk menanyakan apakah dirinya dibutuhkan atau tidak, jika dibutuhkan Robi'ah mentaatinya, jika tidak dia mengganti pakaian terbaiknya dengan pakaian ibadah kemudian menuju ke tempat sholatnya hingga pagi.

Dulunya Robi'ah menginginkan dinikahi oleh al-hawari karena suami pertamanya meninggal dunia dengan meninggalkan warisan yang banyak di tangan Robi'ah, beliau menghendaki ibnu abi Hawari sebagai orang yang berhak menginfaqkan hartanya dalam bentuk makanan atau lainnya kepada ahli agama dan kebaikan. Karena laki-lakilah yang lebih patut menginfaqkan harta.

Sebelumnya ibnu abi Hawari tidak begitu senang dengan lamaran Robi'ah dengan alasan karena ahli ibadah dan mengatakannya pada Robia'ah: "demi Allah saya tidak menginginkan perempuan, karena saya sibuk dengan urusanku".
Robi'ah menjawab "sesungguhnya saya juga sibuk dengan urusanku, tapi karena saya mendapat harta warisan dari almarhum suamiku, saya ingin menginfaqkan harta tersebut kepada saudara-saudara anda. Saya tahu mereka adalah orang-orang yang baik, semua itu karena Allah".

"Saya mau minta persetujuan guruku dulu" ujar al-hawari.

Kemudian ia berkunjung ke ndalem Syaikh Sulaiman ad-Daroni, ternyata Syaikh Sulaiman melarangnya, beliau berkata "tercela bagi muridku jika mereka menikah". Selang waktu ketika Syaikh Sulaiman mendengar apa yang dikatakan Robi'ah beliau berkata pada al-Hawari "nikahilah Robi'ah, dia adalah seorang wali".
(Uqudulujain :21)
Bidadari III

Di ceritakan seorang perempuan di zaman Nabi Muhammad SAW pergi ke luar rumah untuk mendengarkan Mauidhoh Nabi bersama para sahabat. Di tengah perjalanan ada seorang pemuda yang mengamatinya, pemuda tersebut menghampirinya dan berkata "Wahai perempuan yang dimulyakan kemana tujuan anda?"

"Aku mau menuju rumah Nabi SAW untuk mendengarkan mauidhohnya".

"apakah kamu mencintainya?" tanya pemuda.

"Ya, saya mencintainya" jawab si wanita.

"dengan ketulusan cinta yang ada padamu bukalah cadarmu sehingga aku bisa melihat wajahmu". Kemudian setelah pemuda tersebut bersumpah atas nama cintanya pada Nabi maka perempuan itu membuka cadarnya hingga pemuda tersebut melihatnya.

Setibanya di rumah semua yang dialaminya tadi diceritakan pada suaminya, mendengar har tersebut hati sang suami menjadi goyah dalam hatinya ia berkata "saya harus mengetahui hal yang sesungguhnya supaya aku bisa tenang dengannya dan saya harus mengujinya".

Sang suami menguji kebenaran istrinya dengan menyalakan perapian, sang suami berkata "demi hak Nabi masuklah ke dalam perapian" hingga suami bersumpah demi hak nabi, karena besarnya cinta perempuan tersebut pada Nabi, maka dia rela menjatuhkan diri ke dalam perapian tersebut tak dihiraukan lagi nyawanya. Menyaksikan hal tersebut sang suami menjadi sedih dan dia tahu ternyata istrinya tidak berbohong, kemudian ia segera pergi ke rumah Nabi dan menceritakan apa yang dilakukan pada istrinya, Nabi bersabda "kembalilah dan bukalah perapian dan selamatkan istrimu". Kemudian ia pulang dan mengikuti apa yang dikatakan Rosululloh, alangkah bahagianya ia menemukan istrinya dalam keadaan selamat terlihat berkeringat seolah keluar dari pemandian air panas.
(Uqudulujain :22)


Bidadari-bidadari yan lain
bidadari yang lain bisa anda capai dengan mengikuti jejak-jejak para bidadari dan menjalankan ciri-ciri bidadari diatas butuh sebuah kesabaran untuk menjadi bidadari bumi semoga para pembaca bisa menjalankan semua ciri-ciri bidadari bumi diatas amin-amin ya robb

Beberapa kisah wanita-wanita pengukir sejarah
dengan membaca sejarah ini bisa mometifasi kita untuk berubah menjadi yang lebih baik.

0 komentar:

Post a Comment

 
oleh Ahadan blog | Bloggerized by Ahadan | ahdan