28.3.12

Bambang Sujanto ketua yayasan HM Cheng Hoo : mencari surga baginya tidak mudah

''Kamsia ya Ming. Kamu pasti dapat barokah setelah mengantar saya sholat Jumat,'' tutur Bambang Suyanto (Lioe Ming Yen) kepada sejawatnya yang mengantarkannya dengan Mercedez Benz dari kantor ke mushola di belakang hotel Simpang.

Mantan ketua PITI Jatim yang menjadi Pimpinan Kita Grup ini tidak risih duduk berempat dengan 3 penumpang lainnya di jok belakang. ''Ayolah, nggak apa-apa biar pepet-petetan, daripada terlambat Jumatan. Kita cari masjid yang terdekat saja,'' katanya kepada wartawan Surabaya post, Hadi Suyitno yang menyertainya. Ia memang sengaja tidak membawa mobil Mercedes Benz karena jalanan sering macet. Lagipula pelataran parkir kantor Bambang di Ruko Jl TAIS Nasution Surabaya terbilang sering padat.

Malah lebih enak, naik taksi saja karena sudah tak perlu pusing-pusing mikiri parkir. "Sak iki wayahe aku golek surgo, Rek," ujarnya. maksudnya, sekarang waktu baginya mencari surga.

Lho, kok begitu? Menurut Bambang, ternyata mencari surga baginya tidak mudah. Tantangannya berat walaupun sudah memeluk Islam sejak 17 tahun lamanya. Masih ada yang menyindirnya begini: 'Bambang masuk Islam untuk mengejar fasilitas.' Malahan ada yang lebih vokal lagi: 'Bambang seorang pengkhianat suku Tionghoa.' Suatu anggapan yang diyakinkan Bambang 110% keliru. Dan, Bambang tidak pernah menggubrisnya.

Tapi ia juga melihat realitas, ada kesan orang Tionghoa yang memeluk Islam tidak disukai. "Sudah banyak contohnya, setelah memeluk Islam bisnisnya kocar-kacir karena tidak mendapat dukungan dari..... Akh, Anda tahu sendiri, kan,'' cetusnya.

Kaset
Ada cerita menarik dari Bambang. Ia mengakui, tantangan yang mesti dihadapi teman-temannya setelah memeluk Islam sungguh dirasakan bukan main beratnya. Ada pengalaman temannya yang baru memeluk Islam bahkan sudah haji.

Ceritanya, sepulang dari Tanah Suci ia dihadapkan pada berbagai larangan: tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Padahal teman itu mempunyai bisnis persewaan kaset (yang maaf, dilengkapi film biru). Teman itu mengeluh pada Bambang, "Kok begini jadinya setelah memeluk Islam."

Sebagai teman, Bambang mencoba menasehati: Sudahlah, ibaratnya kita menjual pisau. Pisau itu sangat bermanfaat bagi manusia karena bisa dipergunakan untuk berbagai keperluan. Tetapi sebaliknya, pisau itu juga dapat digunakan menusuk orang. Bisnis kasetpun begitu, tergantung pada siapa yang menyewa saja.

''Islam itu menurut saya agama yang penuh toleransi, hanya orang yang fanatik saja yang membuat ajaran itu jadi begitu ketatnya sehingga orang mau berbisnis saja jadi susah,'' tuturnya.

Agama itu mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan. Bambang merasa sebagai umat biasa, dan bukan seorang ustadz. Kalau usaha bisnis itu oleh Tuhan dipandang baik, maka usaha itu akan dilimpahi rejeki yang besar.

Direktur Kita Grup yang membawahi 7 perusahaan ini menolak anggapan masuknya ia ke agama Islam karena ingin mencari fasilitas. Bambang yang diislamkan oleh almarhum KH Muttaqin di masjid Al Falah tahun 1980 itu,
mengaku semuanya itu karena panggilan dan petunjuk Tuhan. Sebagai orang yang mengaku mantan play boy kelas kakap, kini ia merasa takut dan ingin dekat dengan Allah. Kini ia memimpin para muallaf, orang yang baru masuk Islam.

Mama
''Mama saya almarhum Nyonya Hartini, telah merestui masuknya saya ke Islam, karena Islam itu agama yang baik. Pesan Mama saya, bila sudah Islam nanti agar membantu menjembatani komunikasi dan menghilangkan
miskomunikasi orang dari suku Tionghoa dengan suku lain di Indonesia,'' kenangnya.

Malahan setelah Bambang diislamkan, Nyonya Hartini memberinya uang 10.000 dolar untuk dibagikan kepada orang yang tidak mampu. Nyonya Hartini dalam pandangan Bambang adalah sosok yang keras tetapi penuh kearifan. Pesan-pesan orang tuanya tampaknya sangat mempengaruhi sikap hidup Bambang Sujanto. Sepuluh tahun lamanya, Bambang tidak aktif menjalankan roda bisnisnya karena sibuk dengan kegiatan sosial. Tetapi
harus diputuskan untuk membagi waktu antara bisnis, sosial, keluarga dan berdoa.

Repotnya lagi, untuk membagi waktu itu sulitnya bukan main, bahkan untuk mencari waktu berolahraga saja tidak bisa. Gara-gara kurangnya berolahraga itu Bambang sempat terkena kencing manis. Untungnya kini sudah sembuh walaupun belum normal. Beberapa hobinya seperti pingpong, renan, jadi kurang terurus karena kesibukan kantornya dan banyaknya tamu, banyak di antaranya para kiai.

Akhirnya ia mengambil keputusan, Jumat adalah hari bebas dari ikatan-ikatan kerja yang formal dan nonformal. Tapi ternyata kemudian tidak mudah baginya untuk lepask dari ikatan kesibukan itu. Ini karena pada hari Jumat itupun banyak tamu berdatangan.

''Masak saya mau tolak kalau kedatangan kiai. Bisa dosa besar saya, he..he..he...,'' katanya. Akhirnya hari Jumat yang sudah ditetapkan untuk bebas, menjadi sama saja dengan hari-hari lainnya. Bahkan, katanya, kadang-kadang ada tamu kiai yang datang tengah malam. Tentu saja ia merasa harus melayaninya dengan penuh hormat.

Ujian
Pendek kata hari-harinya ia usahakan agamis. Bambang sangat bersyukur karena sudah bisa mengislamkan istrinya, Tin Indrawati. Dan, suatu saat Tuhan menguji keimanannya. Anak sulungnya, Rahmat Widodo meninggal dunia dalam suatu kecelakaan di Boston, 16-2-1992. Kejadiannya persis 5 hari setelah Rahmat masuk Islam.

Ini benar-benar sebuah ujian berat. Apalagi kemudian ada yang menyebut meninggalnya Rahmat akibat memeluk Islam. "Tiga anak saya jadi takut memeluk Islam walaupun kedua orang tuanya sudah Islam. Saya menyerahkan keputusan itu kepada anak-anak, tidak bisa memaksa. Saya betul-betul sedang dicoba Allah,'' tutur Bambang.

Toh di balik itu semua, Bambang melihat sebuah rahmat. Meninggalnya Rahmat Widodo memberikan kesan mendalam. Kepergian putranya meninggalkan beberapa keanehan. Saat sholat jenazah di Boston sebelum dibawa ke Indonesia, banyak rekan kuliah Rahmat yang ikut sholat jenazah padahal mereka non-muslim. Ucapan bela sungkawa dari umat non muslim di Surabaya juga luar biasa. Almarhum yang meninggal dalam keadaan Islam itu dikubur di dekat pemakaman keluarga di Sukorejo, Lawang. Bambang bermarga Lioe, marga satu-satunya di Indonesia. Papanya bernama Lior Kim Tjiauw (Noto Suhardjo Wibisono) yang dilahirkan di Hok Cia, RRC. Ia mempunyai prinsip hidup: jangan menyalahkan orang lain.

Filosofinya, di dunia selalu ada 2 sisi. Tentang susah: naik surga susah, tetapi minta tolong orang lebih susah lagi. Pahit: jamu temu ireng pahit, tapi miskin lebih pahit. Bahaya: Kalangan kangow (dunia persilatan) berbahaya, tetapi hati orang lebih berbahaya. Tipis: Kertas tipis, tetapi persahabatan lebih tipis.

Tentang yang terakhir ini Bambang mengurai. "Bila seseorang masih dalam kejayaaan atau punya jabatan penting, akan banyak yang mau bersahabat. Tetapi kalau seseorang itu sudah miskin dan tidak punya jabatan, maka persahatan itu akan lepas."

MASKOTS
Lalu filosofi apa yang ia terapkan dalam memimpin karyawannya yang bernaung di bawah payung Kita Grup? MASKOTS. Artinya: Mandiri, Aktif, Selektif, Kreatif/komunikatif, Obyektif, Terampil, Sukses/sejahtera.

''Alhamdulillah, pabrik panci di PT Kedawung Setia Industrial Ltd mempunyai kesejahteraan yang paling baik di Indonesia,'' katanya. Dengan rendah hati diakuinya, sukses yang diraihnya dalam menangani perusahaannya tidak lepas dari sentuhan tangan Probosutedjo dan Agus S yang pernah menangani Kedawung Subur. Saat itu Agus mengatakan, kalau Bambang mampu berdiri sendiri, maka Bambang Sujanto boleh menangani sendiri.
Maka pada tahun 1979 akhirnya Bambang berdiri sendiri. Tujuh perusahaan di bawah Kita Grup adalah PT Kedawung Setia Industrial, PT Kedawung Setia Corrugated box, PT Kasih Sejahtera (Hotel Regent's, Malang), PT Windu Utama-Banjarmasin, PT Anglomas Internasional bank (bank Amin), PT BPR Anglomas Indah, PT Kita Makmur Metal Industrial. ( Surabaya Post )

(Hadi Suyitno)


Kisah-Kisah Beriku Sangat Menyentuh Hati

0 komentar:

Post a Comment

 
oleh Ahadan blog | Bloggerized by Ahadan | ahdan