9.1.13

Perkembangan Isatilah al-Salafiyah dalam sejarah modern

Istilah al-Salafiyah mulai muncul di Mesir setelah masuknya penjajahan Inggris di Mesir, begitu juga setelah munculnya pemikiran reformis dalam agama yang digulirkan oleh tokoh pembaharuan, yaitu Jalaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh, munculnya istilah tersebut bersamaan dengan konfik-konflik yang hadir di dunia Islam pada masa itu, kemungkinan juga faktor munculnya istilah tersebut melihat pada situasi yang sedang melanda kota Mesir pada masa itu.
Pada waktu itu, di Mesir banyak sekali ditemui bentuk-bentuk amalan Bid’ah dan Khurofat yang berkembang pesat diseluruh pelosok penjur, ajaran tersebut tidak berlandaskan pada panduan pemahaman yang betul, oleh itu masyarakat dalam menyikapi konflik ini ada dua kelompok:
Kelompok pertama menghendaki untuk bergabung dengan peradaban bangsa barat, untuk melepaskan diri dari segala ikatan dan hubungan, meskipun sesuatu yang berkaitan dengan ideologi Islam.
Kelompok kedua menghendaki untuk membenahi kondisi umat Islam dengan mengembalikannya pada keadaan Islam yang sebenarnya yang jauh dari berbagai amalan Khufofat, bid’ah, kesalah pahaman dan mengaktualisasikan Islam dengan kejadian-kejadian baru dimasa sekarang, serta memadukan antara kehidupan modern umat Islam dengan peradaban yang berkembang. Jalaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh-lah yang mempropokasi munculnya kelompok kedua ini. Mereka menjadikan Salafiyyah sebagai simbol, yang bertujuan untuk menyingkirkan segala malapetaka (bid’ah dan Khurofat ajaran yang melenceng) yang merusak kesucian dan kejernihan ajaran Islam, dimana umat Islam diajak kembali memahami Islam yang mereka manipulasi seperti pada era generasi salaf, dengan mengikuti metode mereka.
Salah satu tujuan dipilihnya istilah Salafiyyah adalah untuk membangkitkan kebencian masyarakat terhadap kondisi umat Islam, dengan pemikiran yang mereka dengan melihat realita umat Islam dan masa kejayaan umat Islam pada generasi pertama dibandingkan dengan realita umat Islam dimasa sekarang yang terlanda berbagai krisis. Kemudian mereka menjadikan keterkaitan Islam dengan periode salaf sebagai penilaian kebahagiaan, kemajuan, dan kebaikan.
Ajaran Wahabiy (ajaran yang dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdul Wahab) yang tersebar di Najd (Arab Saudi) dan disemenanjung negara Arab. Diantara tujuan ajaran tersebut adalah mereformasi bidang agama sebagaimana yang terjadi di Mesir dengan tujuan yang sama untuk memberantas amalan Bid’ah dan Khurofat. Oleh karena itu istilah Salaf dan Salafiyah sangat kental dengan ajaran Wahabiy. Setelah selang beberapa waktu nama Wahabiyyah dirubah menjadi nama Salafiyyah. Salah satu faktornya adalah memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa gagasan-gagasan ajaran Wahabiyyah tidak berasal dari pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab saja, akan tetapi bersumber dari para leluhur generasi Salaf, serta membuat opini bahwa mereka dalam menyampaikan ajaran tersebut adalah orang yang sangat terpercaya dalam mengikuti ideologi dan ajaran Salaf juga dalam memahami dan menerapkan Islam yang sebenarnya.
Begitulah sejarah bergantinya kata Salafiyyah yang dulunya sebagai simbol generasi Islam awal berubah menjadi gerakan reformis yang meyakini bahwa hanya  pengikutnyalah yang menjadi muslim sejati, dan hanya merekalah orang-orang terpercaya dalam membawa akidah Salaf, dan yang layak menjadi tauladan dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam.





0 komentar:

Post a Comment

 
oleh Ahadan blog | Bloggerized by Ahadan | ahdan