21.8.11

ANAK MARAH??? Penyebab dan solusi ketika seorang anak marah

PARA ayah dan ibu sesekali pasti pernah merasa kewalahan melihat tingkah si kecil yang ngambek dan uring-uringan tanpa diketahu penyebabnya. Akan merepotkan bila tangis dan rengeknya tak jua berhenti serta marahnya tak terkendali, sementara kemarahan orang tua berbatas.

Dapat dimaklumi bahwa karena anak belum dapat mengenali bentuk emosinya, maka ia cenderung akan marah jika ada yang mengganggu perasaannya.

Adalah tugas kita, orang tua, untuk membimbing tumbuh kembang si kecil. Arahan dan bantuan orang tua maupun lingkungan sekitar akan diperlukan agar anak dapat tumbuh dengan bekal kecerdasan emosi yang kuat. Sebab penelitian menunjukkan 80 % keberhasilan seseorang bergantung pada kecerdasan emosionalnya, sedang 20 % sisanya dari kecerdasan kognitif.

Anak yang berkecerdasan emosi berciri: mampu belajar mengidentifikasi emosinya, mengekspresikan perasaannya, mengelola dan mengendaloikan emosinya, menunda ledakan emosi, membedakan antara perasaan dan tindakan, serta mengurangi tekanan diri akibat emosi.
Untuk membangun kecerdasan emosi pada anak, para orang tua perlu mengajarkan dan mengenalkan pada anak macam perasaan marah.
Psikolog anak, Dr Seto Mulyadi Spi Msi atau yang akrab disapa Kak Seto, dalam bukunya "Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya", menjabarkan enam alasan utama kemarahan pada anak. Berikut ulasannya.


1. Janji yang Tidak Ditepati
Untuk menyenangkan si kecil yang tengah merengek, orang tua sering kali spontan menyetujui akan mengabulkan permintaan anak. Sayangnya, saat janji itu terpaksa tak ditepat, si kecil akan kecewa dan marah. Alhasil, rasa hormat anak dapat berkurang, hingga ia sengaja melanggar peraturan di rumah.
Solusi : Untuk memberi contoh dan mengajarkan rasa tanggung jawab pada anak, orang tua perlu meminta maaf pada anak, terlebih dahulu. Kemudian orang tua dapat memberi penjelasan padanya dengan bahasa yang mudah ia mengerti. Tak lupa, orang tua perlu meminta anak untuk mengutarakan perasaannya. Diskusi terkait konsekuensi yang akan diberikan pada anak, adalah solusi terakhir yang dapat disepakati bersama.


2. Mencari Perhatian
Perlakuan dan kata-kata adalah dua bentuk konkrit kasih sayang yang dimengerti anak. Ketika anak merasa kasih sayang yang ditunjukkan padanya belum cukup, anak akan mencari perhatian orang tua. Marah, mungkin akan ditafsirkan oleh anak sebagai cara yang paling efektif. Jika hal ini masih berlanjut, tanpa pemahaman dan tanggapan yang tepat dari orang tua, anak akan semakin agresif, sukar diatur, dan tidak pedulian.
Solusi: Menghadapi kemarahan sang anak, orang tua perlu bersikap tenang, menggunakan humor untuk mencairkan suasana, menggunakan kalimat yang positif, untuk meyakinkan anak bahwa ada cara yang lebih baik untuk mendapat perhatian. Kesabaran orang tua adalah kuncinya.


3. Dipaksa Disiplin
Para orang tua tentu akan membimbing putra-putrinya untuk tumbuh dengan menampilkan tingkah laku dan tindakan yang sesuai dan dapat diterima oleh norma-norma yang berlaku. Disiplin dapat dikenalkan pada anak dengan diterapkannya aturan pada setiap keluarga. Dengannya, orang tua berharap anak dapat belajar arti kata tanggung jawab dan konsekuensi dari setiap tindakan. Namun peraturan yang ketat dan tak disukainya, akan mendorong rasa terkekang dan marah pada anak. Akibatnya, disiplen hanya terjadi sesaat saja, anak hanya mengingat sisi negatif dari disiplin. Hakekat disiplin akhirnya menjadi kurang efektif diterapkan.
Solusi : Pendisiplinan pada anak sebaiknya bersifat membangun dan mengarahkan anak agar dapat belajar menentukan pilihannya sendiri secara bijaksana. Pendisiplinan juga harus bersifat konsisten. Namun disiplin bukan berarti perwujudan sikap otoriter orang tua, melainkan sebagai wujud kasih sayang terhadap anak. Peraturan yang ditetapkan juga sebaiknya bersifat rahasia, antara orang tua dan anak.

4. Cemburu pada Saudara
Rasa cemburu antara sang kakak dan adik merupakan hal yang wajar. Rasa cemburu biasanya timbul karena sang anak merasa takut kehilangan kasih sayang orang yang dicintainya. Untuk mengekspresikan rasa khawatirnya itu, sang anak dapat bersikap agresif atau sebaliknya mengasingkan diri. Kecemburuan antar saudara dapat menyebabkan berkurangnya interaksi yang hangat dalam keluarga.
Solusi : Untuk menghindari ketercemburuan antar saudara, orang tua perlu menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing anak. Kemudian agar timbuk rasa kasih sayang antar saudara, sang kakak dan adik perlu didorong untuk bermain dan beraktivitas bersama. Akan baik jika orang tua dapat memperlakukan anak secara indvidual, sesuai sifat dan karakternya. Jika menemukan perselisihan antar keduanya, orang tua sebaiknya segera menyelesaikannya seadil mungkin, dengan tidak berpihak.
5. Terlalu Didikte
Dalam menentukan pendidikan, fasilitas, dan lingkungan yang bail pada anak, terkadang orang tua bersikap memaksakan pilihannya, tanpa memandang keinginan atau perasaan anak. Terhadap segala pilihan orang tua, ada anak dapat menerimanya, namun tak sedikit anak yang mengekspresikan penolakannya dengan marah. Sifat selalu mendikte pun tak baik bagi perkembangan anak. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang selalu tergantung pada orang tua, kurang percaya diri, dan tidak terbisa menyelesaikan masalah sendiri.
Solusi: Agar anak mengetahui bahwa dirinya diterima orang tua, libatkanlah dirinya dalam mengambil keputusan yang terkait dengannya. Hargai pendapat, perasaan, dan keinginannya. Orang tua juga perlu mengarahkan dan memberikan dukungan pada anak saat ia memutuskan ha-hal kecil maupun penting baginya.
6. Tak Mampu Menyesuaikan Diri dengan Perubahan
Setiap orang pasti mengalami perubahan, atau dituntut untuk menyesuaikan diri dengan hal yang baru. Kak Seto menyebutkan ada beberapa macam adapatsi yang mungkin menimbulkan ekspresi marah pada anak, yaitu: kehilangan figur orang tua, pindah rumah, pertama kali masuk sekolah, kehilangan teman, atau kematian hewan perliharaannya.
Solusi : Untuk membantu anak menyikapi perubahan itu, pertama orang tua perlu mendorong anak mengungapkan penyebab kemarahannya. Jika terjadi perpisahan orang tua, alangkah baiknya jika anak diberitahu keadaan sebenarnya, meski ia belum tentu paham arti sebenarnya. Saat anak akan memasuki lingkungan sekolah yang baru, orang tua hendaknya dapat mengajak anak melihat fasilitas, keadaan, dan teman-teman di sekolah baru. Berilah gambaran yang positif tentang dunia sekolah pada si kecil, serta libatkan ia dalam memilih peralatan sekolahnya. Kemudian jika sang anak marah karena hewan perliharaannya mati, orang tua perlu menjelaskan dengan bahasa yang sederhana pada anak bahwa setiap makhluk hidup akan mati.
Semoga dengan pelatihan yang terus-menerus tentang konsep pengenalan diri, kecerdasan emosional anak akan turut berkembang. Amin..... dan jangan lupa berdo'a agar kita mendapatkan anak-anak yang sholeh sholihah

1 komentar:

Zulia's Blog said...

betul itu

Post a Comment

 
oleh Ahadan blog | Bloggerized by Ahadan | ahdan