28.3.12

KETIKA IDEOLOGI SALAF MULAI DI KUCILKAN

Perkembangan peradaban Islam dari masa kemasa semakin mengalami kemunduran.Terbukti regenerasi yang terus saja berkurang daya serapnya memikat para pemuda yang memang tanggung jawab masa depan agama dipikul bebankan kepadanya.Dan hal ini sudah manjadi suatu keniscayaan yang tak mungkin terbantah karena Rosululloh sendiri sudah mengisyaratkan dalam sebuah haditsnya
خير كم قرني  ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم " الحديث أوكما قال"

“Sebaik-baik engkau adalah masa kurun ku (para sahabat) kemudian generasi seterusnya, kemudian generasi seterusnya”
            Walaupun ada sebagian ulama yang menganggap dhoif hadits ini, akan tetapi esensi hadist tersebut banyak bertebaran pada ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits nabawi.
            Terkadang sejarah bisa memunculkan semangat yang padam dan menggairahkan antusiasme yang terpendam. Untuk itu mari kita tengok kembali sekilas  pendahulu-pendahulu kita sebelumnya. Dulu pada abad 6 H ada ِ Abu Hamid al-Ghozali  yang  sudah mampu mengcounter  pemikiran-pemikiran  sesat filsafat barat yang  nasabnya mengikuti filosofis Aristoteles, Plato dan para pemikir lainnya.  Ada lagi pada awal abad 8 H / 14 M muncul ulama dari Tunisia  yang hijrah ke Mesir. Beliau adalah Ibnu Khaldun yang terkenal dengan bapak ilmu sosial dunia, ahli politik dan ekonomi, karena pemikiran-pemikirannya tentang ekonomi yang logis dan realistis. Teori-teori besarnya tentang ekonomi muncul jauh  sebelum adanya teori-teori Adam Smith (1723-1790 M) dan teori David Ricardo (1772-1823 M). Tak heran dengan kecemerlangan pemikiran beliau menjadikan teori-teorinya sebagai rujukan cendekiawan-cendikiawan timur dan barat, baik dari kaum muslim sendiri maupun kaum non muslim. Juga ada Ibnu Rusyd (Averos) dengan filsafat-filsafat positifnya , Ibnu Sina (Avecina) dengan ilmu medisnya, al-Jabar dengan ilmu pastinya. Dan masih banyak lagi bukti-bukti sejarah yang membuktikan begitu dahsyatnya intelektual para pendahulu-pendahulu Islam.
            Sekarang coba kita bandingkan dengan peradaban bumi pertiwi kita,budaya ala Jawa. Kalau pada kurun-kurun masa lampau cendekiawan-cendekiawan muslim kita sibuk dengan mahakarya ilmiahnya, nenek moyang kita dijawa malah sibuk dengan hal-hal yang katrok, ndeso, kolot dan konservatif. Seperti ngumbah keris, ngisik-ngisik candi dan jadi gedibal-gedibal raja-raja jawa yang durhaka. Bayangkan, betapa jauhnya peradaban Jawa dibandingkan peradaban Islam.
Dan ironisnya, sekarang rata-rata umat muslim di Indonesia, hati dan akalnya sudah dikaburkan oleh logika-logika sesat para orientalis barat. Bahkan kemurnian ajaran islam pun kini sudah banyak yang terinfeksi virus liberalisme,sekulerisme dan pluralisme. Sehingga melupakan sejarah, akidah dan prinsip-prinsip pendahulu Islam kita. Dalam hal ini Nabi Saw mewanti-wanti kita:
إن في البيان لسحر " الحديث أوكما قال"
                                           “Bahwa pada penjelasan terdapat tipuan-tipuan logika”

 Banyak diantara kita  itu merasa lebih bangga jika paradigma pemikiran bermuara kepakar-pakar filosof barat, figur-figur  liberal yang mendahulukan konsep kebebasan berpikir tanpa batas ketimbang mengambil dan merujuk dari ayat-ayat al-Qur’an, Hadist-hadist nabi, dan Maqolah-Maqolah para ulama’.Ketika mereka mendengar uraian-uraian yang berbau salaf, dengan sangat tergesa-gesa mereka menutup rapat-rapat telinganya. Seolah-olah seperti mendengar sesuatu yang paling jorok dan menjijikkan. Mereka menganggap idiologi salaf  sebagai hal yang sudah basi, kadaluarsa,ketinggalan zaman dan tidak relevan lagi. Mereka menganggap kaum sarungan (seperti kita) sebagai barang-barang antik yang sudah layak masuk museum. Kebencian mereka ini, sudah pernah disinggung Al-ghozali dengan Syair-Syairnya:
ولست ترى عيبا لذي الود والإخا     ولا بعض مافيه إدا كنت راضيا
وعين الرضا عن كل عيب كليلة       ولكن عين السخط تبدي المساويا
 “Engkau tidak akan melihat aib pada orang yang engkau cintai, dan sedikitpun tidak akan kau temui ketika memandangnya dengan rasa ridho”
“Pandangan ridho akan menutupi aib-aib yang ada dengan sendirinya, sedangkan pandangan sinis akan menampakkan kejelekan-kejelekannya saja”
 Mereka sudah buta akan kebenaran,karena rasa cinta terhadap dunia yang membabi buta tanpa terlebih dahulu berpikir jernih. Sehingga pemikiran mereka berimbas pada konsep pendidikan. Secara umum masyarakat saat ini beranggapan, pendidikan yang lebih diprioritaskan itu yang riil\nyata, yang manfaatnya langsung terasa dan sesuai dengan realita yaitu mencakup segi materialistik. Dalam hal ini tentunya harta dan tahta yang menjadi tolak ukur keberhasilan mereka,akhirnya mayoritas muslim saat ini mengesampingkan pondok pesantren salaf karena ia nilai sebagai lembaga pendidikan yang tak jelas masa depannya.  aneh nya mereka bangga dibilang sebagai muslim akan tetapi gengsi  mempelajari  tentang keislaman.
           
            Bahwasanya  ini terjadi dimasyarakat kita karena kurangnya pemahaman kita terhadap Islam secara kaffah / keseluruhan, kurang memahami terhadap nash-nash al-Quran, hadist dan pemikiran-pemikiran ulama yang menurut orang berakal tidak diragukan lagi kredibilitas ilmiahnya. Sehingga tidak mampu menangkap pemahaman yang ekplisit (منطوق)terlebih yang implisit ((مفهوم), pemahaman yang tidak cukup direnungkan dalam satu atau dua hari, atau bahkan mungkin bertahun-tahun sehingga tidak ceroboh lekas-lekas terburu nafsu untuk menyimpulkannya dengan kesimpulan yang kerdil dan salah. Karena  tidak mampu mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam dengan dunia nyata dan kebiasaan-kebiasaan setiap hari yang akhirnya menganggap sebagai ajaran yang basi, kuno, dan ajaran yang mengganggu kemajuan umat manusia sebagai makhluk globalisasi.
            sekarang kondisi masyarakat kita sudah terlanjur seperti itu ,lalu bagaimana sikap kita sebagai santri yang mana satu-satu nya sebagai pemegang tongkat estafet ulama salaf . seharusnya kita sadar dengan kebodohan dan keterbatasan kita, bahwa tingkat kecerdasan berfikir kita dengan pendahulu-pendahulu kita sangatlah jauh tertinggal. Karena banyaknya pengaruh-pengaruh baik dalam dinamika internal maupun eksternal yang menganggu konsentrasi berfikir, contoh kecil saja pengaruh media baik TV, radio, Hp ,Koran dan lain-lain. Sudah barang tentu ini mempengaruhi daya berfikir ketika yang melihat membaca dan mendengar orang-orang yang tidak berilmu, belum lagi gesekan-gesekan pergaulan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan apa yang dicelotehkan filosof terkemuka Dell Carnage “Kecerdasan dan kejernihan berfikir seseorang diprioritaskan sebatas mana ia pandai berkonsentrasi” .
Maka secara matematis manusia semakin lama semakin sulit berfikir sehat karena sangat banyaknya pengaruh-pengaruh yang ada.
Maka sangat tidak tepat apabila lembaga-lembaga agama khususnya pesatren-pesantren terlalu disibukkan dengan hal-hal yang bersifat ekstra kurikuler yang tentunya akan mengorbankan nilai-nilai salafiah karena manusia semakin lama semakin rendah daya berfikirnya. Dengan alasan kemajuan zaman mereka melakukan hal tersebut yang sebenarnya justru kemerosotan. Penulis lebih condong pada pemikiran Syaikh Najih MZ. Yang mengatakan kaidah :
المحافظة على القديم الصا لح والأخذ بالجديد الأ صلح   
Menurut beliau yang tepat untuk zaman seperti ini :
المحافظة على القديم الأ صلح    والأخذ بالجديد الصا لح
            Jangan  diartikan bahwa kita sebagai santri tidak tepat mempelajari ilmu-ilmu kekinian, justru sebaliknya kita harus memahami hal-hal tersebut karena agar mampu membawa ajaran salaf sebagai ajaran way of life.  Akan  tetapi untuk mencari menu tambahan tersebut ada fase-fase tertentu, ketika basic-basic \dasar-dasar Islam sudah tertanam dalam hati yang paling dalam ,sehingga merasa hanya Islamlah yang membawa kebenaran yang absolute. Maka disinilah saat santri perlu memahami pemikiran-pemikiran yang bersifat kontemporer.
Memahami dinamika ilmiah luar bukan untuk kita jadikan prinsip akan tetapi untuk memahami trik-trik musuh-musuh Islam, yang akhirnya untuk mempertahankan Islam juga.
            Hal ini jauh-jauh hari sudah diingatkan oleh rosululloh SAW ketika  beliau menyuruh Zaid bin Tsabit memahami kitab-kitab Yahudi, dan beliau menyuruh Dihyah Alkalbi (yang pada waktu itu menjadi diplomat Islam untuk dikirim ke Negara-negara dalam rangka  dakwah) untuk mempelajari bahasa bangsa lain. Sehingga muncullah hadist :
 من عرف لغة قوم أمن من مكرهم " الحديث أوكما قال"
“Barangsiapa yang faham bahasa suatu kaum maka ia aman dari tipu dayanya”
Semua ini tak lain adalah dengan tujuan nasyrulilmi wad  Din  bukan untuk dijadikan pedoman.
            Sekali lagi, apabila lembaga pesantren disibukan oleh pogram-progam yang bersifat extra atau tambahan,yaitu hal-hal yang tidak bersentuhan dengan kitab-kitab salaf sangatlah tidak tepat.
Sudah tak dapat di pungkiri lagi bahwa mayoritas santri daya berfikir, semangat dan istiqomahnya sangat beda dengan santri dahulu (semakin melemah) yaitu karena pengaruh-pengaruh yang ada. Sedangkan hal tersebut (extra) bersifat tambahan atau dalam qoidah  Fiqh dapat diistilahkan jalbul masolihdan mempertahankan ideologi salaf adalah hal yang bersifat fital dan prinsipil (dar’ul mafasid) maka dengan dasar qoidah: درءالمفا سد مقدم على جلب المصا لح   pelajaran salaf dalam Ponpes tidak dapat berjalan bersama dengan pelajaran umum, karena mengorbankan nilai-nilai salaf. Dan juga program-program tersebut bersifat kemaslahatan secara umum  maka sangatlah tidak tepat diterapkan karena melihat kondisi mayoritas santri jauh dari standard.
            Kalau kita kaji hanya secara teori saja, memang seolah-olah ada benarnya tujuan ponpes-panpes di zaman sekarang yang menerapkan kedua-duanya (salaf dan umum) yaitu dengan tujuan agar menjadi santri yang multidimensi (serba  bisa) dan santri yang dapat berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Memang benar bahwa santri yang ideal adalah santri yang  berjiwa salaf , beraqidah salaf dan mumpuni didalam bidang-bidang yang bersifat kekinian karena hal ini sebagai sarana dakwah. Akan tetapi penulis yaqin ‘ainulyaqin  selamanya ini hanyalah sekedar teori yang tidak akan pernah terealisasi, sebab plening ini sangatlah tidak singkron atau imbang dengan obyek yang ada (plening=program, obyek=kemampuan santri), terlalu tinggi plening tersebut untuk sebuah obyek yang sekarang sedang menglami dekadensi dan degradasi. Program tersebut hanyalah cocok diterapkan pada segelintir orang saja  yang kemampuan dan IQnya diatas rata-rata.
            Maka jangan heran apabila generasi-generasi Islam sekarang kurang memenuhi standard intelektual, dan sangat logis sekali apabila sekarang banyak bermunculan pemikir-pemikir baru yang Liberal baik dari kalangan pesantren maupun universitas Islam. Dan lagi-lagi hal ini terjadi karena dasar-dasar Islam belum terpenuhi terburu-buru mengadopsi ilmu pengetahuan modern yang kebanyakan mendiskriditkan ideologi-ideologi salaf. Prof . Dr. H. Roemrowi (guru besar fakultas filsafat IAIN Sunan Ampel Surabaya  yang getol mengcounter pemikiran-pemikiran Liberal) pernah berkomentar dalam majalah Islam “Hidayatullah” :”kebanyakan mahasiswa-mahasiswa IAIN Sunan Ampel baik berlatar belakang dari pesantren maupun pendidikan umum yang pola fikirnya Liberal disebabkan karena tidak memahami dasar-dasar Islam, kemudian terburu-buru memahami pemikiran-pemikiran yang beranekaragam jenisnya”  Mereka kira itu sebagai kemajuan tapi sebenar nya justru membunuh karakter nya sendiri sebagai muslim yang benar-benar muslim.
Imam Busyiri  menembangkan dalam burdahnya :

كم حسنت لذة للمرء قا تلة  *** من حيث لم يدر أن السم فى الدسم
“Banyak sekali keindahan-keindahan, kenikmatan-kenikmatan yang ternyata justru sebagai racun pembunuh. Sekiranya seseorang tidak tahu bahwa didalam minyak masak terselip racun pembunuh”
Dan coba kita lihat berapa banyak pesantren-pesantren yang memasukkan kurikulum umum apakah fakta yang terjadi disana pemahaman Islam mengalami kemajuan atau justru kemunduran yang signifikan. Ternyata tidak ada satupun pesatren yang sukses membawa kedua-duanya ( Salaf dan umum ) sampai pada titik yang diharapkan, kalaupun ada satu atau dua santri yang berhasil ini hanyalah permasalahan juziyyah tidak cukup untuk dibuat dasar pedoman.
Kalau kita sebagai pengikut imam syafii mestinya sadar bahwa Istiqro’ ini sudah cukup dijadikan hujjjah.
            Yaaaaach…………
            Ini terjadi tak lain adalah ulah orientalis-orientalis yang mencoba menerobos semua lapisan yang menjadi rifalnya, kemudian menebarkan virus-virus pendangkalan aqidah. Yang ternyata mayoritas dari golongan kita justru menyambutnya dengan muka tersenyum dan tangan terbuka.
           
           maka kita sebagai santri Al Anwar dan Siswa Muhadoroh  seharusnya berbangga diri karena          Masih terjaga budaya-budaya kesalafannya .,jangan terpengaruh oleh stigma-stigma atau anggapan
Anggapan yang miring yg beredar di masyarakat terhadap Pesantren karena otak mereka sudah sulit berfikir waras . Pendahulu-pendahulu kita sudah memberikan uswah yg sangat layak untuk kita ikuti, dan juga kiai-kiai kita adalah seorang figure yang dimana Emosi, Spiritual dan Intelektual dapat berjalan  seirama, maka sudah selayaknya prinsip-prinsip hidup beliau untuk kita jadikan pedoman hidup,kiai bukan lah presiden yang mengingatkan para mentri nya harus pada forum yang resmi atau kertas yang di iringi tanda tanganya,beliau para kiai kita mengingatkan kita hanya cukup dengan dawoh-dawoh nya dalam majlis-majlis taklim ,tinggal bagai mana respon kita,jangan samakan kiai dengan presiden.
Semua ini sudah barang tentu tak lepas dari kodrat  Yang Maha Esa, bahwa perubahan-perubahan dari masa ke masa adalah sebagai tanda kekuasaan Nya, dan sebagai Ayat-ayat kauniyyah yang mengingatkan kita untuk kembali padanya SWT dan kembali kepada prinsip-prinsip kekasih Nya(ulama salaf). Manusia hanya bisa berusaha dan berbicara, Tuhanlah yang mempunyai keputusan, tinggal bagaimana kita bersikap ketika dihadapkan pada zaman yang mana ilmu-ilmu agama sudah sangat tampak sekali semakin hari semakin punah.
Allah barfirman QS Annur 63
فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya (MUHAMMAD) takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.


0 komentar:

Post a Comment

 
oleh Ahadan blog | Bloggerized by Ahadan | ahdan