KH. Maimoen Zubair |
Perkara yang baik (haji yang baik), itu disebut dengan haji yang Mabrur. Hal ini ada kaitannya dengan birrul walidain yang diajarkan oleh Nabi Adam dan Ibu Hawa. Sebab, keduanya adalah orang yang pertama kali menjalankan ibadah haji.
Mulanya ketika Nabi Adam diturunkan Allah ke dunia, beliau ditempatkan di Serandil (Cailon, Srilangka). Sedangkan Ibu Hawa diturunkan di Arafah. Tatkala bertemu, Ibu Hawa tidak mau disentuh Nabi Adam kecuali dirinya sudah menyelesaikan ibadah haji. Dari peristiwa ini, jika ada orang yang menjalankan ibadah haji, secara tidak langsung dia adalah orang yang birrul walidain dan berbuat baik dengan Nabi Adam dan Ibu Hawa.
Apabila kebaikan disandarkan dengan Allah, hal itu disebut dengan taqwa. Yaitu, menjalankan perintah Allah dan menjahui segala larangan-Nya. Jika kebaikan itu disandarkan kepada sesama manusia, individu dengan individu yang lain, hal itu dinamakan sosial. Satu manusia membutuhkan peran penting manusia yang lainnya. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Manusia adalah makhluk yang pokok. Untuk manusia, Allah telah menciptakan langit yang berlapis tujuh. Setiap lapisan dan tingkatan dihiasi dengan bintang-bintang sampai ke langit yang kedelapan. Bintang yang kedelapan ini mempunyai dua sisi arah, Utara dan Selatan. Dua lintang ini masing-masing mempunyai lintang lagi yang berjumlah enam yang dipisah dengan garis katulistiwa.
Tujuh langit yang dihiasi dengan bintang-bintang, jika digabungkan dengan lintang yang nomer delapan yang berjumlah dua belas, jumlahnya menjadi sembilan belas. Jumlah ini sesuai dengan jumlah huruf yang ada pada ayat basmalah.
Keterkaitan di atas adalah suatu hal yang penting. Apabila basmalah yang berjumlah sembilan belas itu masih diamalkan manuisa selama hidup di dunia, maka dunia yang kita tempati ini juga akan masih. Serta langit akan mengeluarkan rizkinya. Allah berfirman :
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Az-Dzariat : 22).
Dunia yang kita tempati ini lebih utama bila dibandingkan dengan langit yang berada di atas kita. Dengan alasan ini, makanya Nabi Adam diturunkan ke dunia. Saking mulianya dunia, kelak dunia akan dibawa ke surga untuk ditempati manusia lagi.
Dunia merupakan tempat menjalankan aktivitas ibadah dan kebaikan. Jika manusia selalu menjalankan ibadah, maka derajatnya naik bagaikan Malaikat. Namun, apabila manusia selalu menjalankan maksiat, maka dia bagikan Setan. Kedua perumpamaan ini bukanlah secara hakikat.
Bangunan pertama kali yang ada di dunia ini adalah Ka’bah. Ka’bah merupakan pusat umat Islam untuk menjalankan ritual haji. Sedangkan untuk pusat perekonomian dunia Islam adalah Bendungan yang berada di Saba’ (Yaman). Bendungan ini merupakan simbol kesejahteraan perekonomian umat Islam di waktu itu. Kehidupan rakyatnya enak dan makmur. Fitrahnya manusia itu adalah merasakan kemakmuran. Bendungan ini mempunyai dua saluran untuk mengalirkan air. Allah berfirman:
Dari Bendungan ini, Allah telah menjadikan negeri Saba’ menjadi sebuah negeri yang makmur, gemah ripah loh jinawe. Saba’ adalah negeri yang diberkahi. Dari Saba’, munculah negeri-negeri kecil yang bersambung dengannya. Yang buahnya menjadikan kestabilan sandang pangan, papan serta kesehatan.
Kita bisa mengetahui seseorang itu sehat atau tidak, itu bisa diamati dengan siapa dia bergaul melalui interaksi sosial. Interaksi antara satu manusia dengan manusia yang lainnya. Sebab, manusia itu akan sulit bergaul jika kondisinya tidak sehat.
Sehat tidak hanya terkhusus untuk kesehatan badan. Akan tetapi, lebih dari pada itu. Sehat fikiran juga sengat penting sekali. Dari fikiran yang sehat, kita dapat bertukar fikiran dengan orang lain.
Keberhasilan negeri Saba’ dapat menghasilkan banyak kemakmuran di segala aspek. Kemajuannya menjadikan negeri itu diabadikan dalam sejarah Al-Quran. Meskipun dalam faktanya, negeri tersebut dihancurkan oleh Allah sebab keserakahan manusianya sendiri. Negeri tersebut dihancurkan Allah dengan menggunakan Angin Saketro (angin yang pernah disaksikan oleh Syaikhina Maimoen). Semua ini adalah peringatan Allah untuk hamba-Nya. Meskipun negeri Saba’ sudah hancur lebur, akan tetapi ruh-ruhnya yang penuh keberkahan tetap hidup sepanjang masa sampai hari Kiamat datang.
Jika Bendungan Saba’ sudah hancur, maka bangunan Allah yang kokoh hanya tinggal satu. Yaitu, Ka’bah, suatu tempat yang digunakan untuk menjalankan ibadah haji.
Dahulu orang-orang yang menjalankan ibadah haji jumlahnya sedikit, kurang dari 600 ribu. Jika kurang dari jumlah 600 ribu, maka Allah akan menggenapi jumlah tersebut supaya genap 600 ribu dengan Rijalul Ghaib, para Malaikat. Syaikhina Maimoen pernah menyaksikan haji dengan jumlah yang kurang dari 600 ribu.
Tambah tahun, Islam semakin berkembang pesat. Orang yang menjalankan ibadah haji jumlahnya semakin banyak. Bahkan anehnya, kebesaran itu nampak lantaran banyak orang-orang yang memusuhi agama Islam. Seperti gerakan PKI dan peristiwa Perang Dunia.
Kebesaran ini sesuai dengan peristiwa yang digambarkan di dalam Al-Quran. Yaitu, tatkala Nabi Ibrahim mengundang manusia untuk menjalankan ibadah haji. Siapa yang mendengar panggilan tadi, dia akan berangkat menuju panggilan itu. Ada yang datang dengan berjalan kaki. Ada yang dating dengan memakai kendaraan. Dan ada yang memakai dhamir (masih dalam alam Sukma). Allah berfirman :
Mulanya ketika Nabi Adam diturunkan Allah ke dunia, beliau ditempatkan di Serandil (Cailon, Srilangka). Sedangkan Ibu Hawa diturunkan di Arafah. Tatkala bertemu, Ibu Hawa tidak mau disentuh Nabi Adam kecuali dirinya sudah menyelesaikan ibadah haji. Dari peristiwa ini, jika ada orang yang menjalankan ibadah haji, secara tidak langsung dia adalah orang yang birrul walidain dan berbuat baik dengan Nabi Adam dan Ibu Hawa.
Apabila kebaikan disandarkan dengan Allah, hal itu disebut dengan taqwa. Yaitu, menjalankan perintah Allah dan menjahui segala larangan-Nya. Jika kebaikan itu disandarkan kepada sesama manusia, individu dengan individu yang lain, hal itu dinamakan sosial. Satu manusia membutuhkan peran penting manusia yang lainnya. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Manusia adalah makhluk yang pokok. Untuk manusia, Allah telah menciptakan langit yang berlapis tujuh. Setiap lapisan dan tingkatan dihiasi dengan bintang-bintang sampai ke langit yang kedelapan. Bintang yang kedelapan ini mempunyai dua sisi arah, Utara dan Selatan. Dua lintang ini masing-masing mempunyai lintang lagi yang berjumlah enam yang dipisah dengan garis katulistiwa.
Tujuh langit yang dihiasi dengan bintang-bintang, jika digabungkan dengan lintang yang nomer delapan yang berjumlah dua belas, jumlahnya menjadi sembilan belas. Jumlah ini sesuai dengan jumlah huruf yang ada pada ayat basmalah.
Keterkaitan di atas adalah suatu hal yang penting. Apabila basmalah yang berjumlah sembilan belas itu masih diamalkan manuisa selama hidup di dunia, maka dunia yang kita tempati ini juga akan masih. Serta langit akan mengeluarkan rizkinya. Allah berfirman :
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ (22
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Az-Dzariat : 22).
Dunia yang kita tempati ini lebih utama bila dibandingkan dengan langit yang berada di atas kita. Dengan alasan ini, makanya Nabi Adam diturunkan ke dunia. Saking mulianya dunia, kelak dunia akan dibawa ke surga untuk ditempati manusia lagi.
Dunia merupakan tempat menjalankan aktivitas ibadah dan kebaikan. Jika manusia selalu menjalankan ibadah, maka derajatnya naik bagaikan Malaikat. Namun, apabila manusia selalu menjalankan maksiat, maka dia bagikan Setan. Kedua perumpamaan ini bukanlah secara hakikat.
Bangunan pertama kali yang ada di dunia ini adalah Ka’bah. Ka’bah merupakan pusat umat Islam untuk menjalankan ritual haji. Sedangkan untuk pusat perekonomian dunia Islam adalah Bendungan yang berada di Saba’ (Yaman). Bendungan ini merupakan simbol kesejahteraan perekonomian umat Islam di waktu itu. Kehidupan rakyatnya enak dan makmur. Fitrahnya manusia itu adalah merasakan kemakmuran. Bendungan ini mempunyai dua saluran untuk mengalirkan air. Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ 15
“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka. Yaitu, dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Tuhanmu. Dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik. Dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun." (QS. Saba' : 15) Dari Bendungan ini, Allah telah menjadikan negeri Saba’ menjadi sebuah negeri yang makmur, gemah ripah loh jinawe. Saba’ adalah negeri yang diberkahi. Dari Saba’, munculah negeri-negeri kecil yang bersambung dengannya. Yang buahnya menjadikan kestabilan sandang pangan, papan serta kesehatan.
Kita bisa mengetahui seseorang itu sehat atau tidak, itu bisa diamati dengan siapa dia bergaul melalui interaksi sosial. Interaksi antara satu manusia dengan manusia yang lainnya. Sebab, manusia itu akan sulit bergaul jika kondisinya tidak sehat.
Sehat tidak hanya terkhusus untuk kesehatan badan. Akan tetapi, lebih dari pada itu. Sehat fikiran juga sengat penting sekali. Dari fikiran yang sehat, kita dapat bertukar fikiran dengan orang lain.
Keberhasilan negeri Saba’ dapat menghasilkan banyak kemakmuran di segala aspek. Kemajuannya menjadikan negeri itu diabadikan dalam sejarah Al-Quran. Meskipun dalam faktanya, negeri tersebut dihancurkan oleh Allah sebab keserakahan manusianya sendiri. Negeri tersebut dihancurkan Allah dengan menggunakan Angin Saketro (angin yang pernah disaksikan oleh Syaikhina Maimoen). Semua ini adalah peringatan Allah untuk hamba-Nya. Meskipun negeri Saba’ sudah hancur lebur, akan tetapi ruh-ruhnya yang penuh keberkahan tetap hidup sepanjang masa sampai hari Kiamat datang.
Jika Bendungan Saba’ sudah hancur, maka bangunan Allah yang kokoh hanya tinggal satu. Yaitu, Ka’bah, suatu tempat yang digunakan untuk menjalankan ibadah haji.
Dahulu orang-orang yang menjalankan ibadah haji jumlahnya sedikit, kurang dari 600 ribu. Jika kurang dari jumlah 600 ribu, maka Allah akan menggenapi jumlah tersebut supaya genap 600 ribu dengan Rijalul Ghaib, para Malaikat. Syaikhina Maimoen pernah menyaksikan haji dengan jumlah yang kurang dari 600 ribu.
Tambah tahun, Islam semakin berkembang pesat. Orang yang menjalankan ibadah haji jumlahnya semakin banyak. Bahkan anehnya, kebesaran itu nampak lantaran banyak orang-orang yang memusuhi agama Islam. Seperti gerakan PKI dan peristiwa Perang Dunia.
Kebesaran ini sesuai dengan peristiwa yang digambarkan di dalam Al-Quran. Yaitu, tatkala Nabi Ibrahim mengundang manusia untuk menjalankan ibadah haji. Siapa yang mendengar panggilan tadi, dia akan berangkat menuju panggilan itu. Ada yang datang dengan berjalan kaki. Ada yang dating dengan memakai kendaraan. Dan ada yang memakai dhamir (masih dalam alam Sukma). Allah berfirman :
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ (27
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. Al-Haj :27).
Tafsir Dhamir dalam ayat ini, diarahkan Syaikhina Maimoen kepada makna Pesawat Terbang. Dari Pesawat Terbang ini, menjadikan penyebab ramainya orang yang menjalankan ibadah haji. Haji itu sendiri akan ramai jika sudah dikunjungi penduduk dunia dengan kedalaman 180. Yaitu negeri Texas, Amerika.
Ibadah haji yang diperintahkan Allah, apabila dikerjakan sebagaimana menurut ketentuan syariat Islam, maka akan membuahkan kemakmuran bagi pelaksananya. Hal ini sebagaimana yang dialami Nabi Ibrahim As dan Nabi Muhammad Saw yang sudah mendapatkan kemakmuran setelah menjalankan ibadah haji. Maka dari itu, agar haji kita sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Ibrahim As dan Nabi Muhammad Saw, hendaknya sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, terlebih dahulu kita menjalankan puasa. Apabila kita sudah sampai di Arafah, hendaknya kita berdoa kepada Allah agar diberi kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Tafsir Dhamir dalam ayat ini, diarahkan Syaikhina Maimoen kepada makna Pesawat Terbang. Dari Pesawat Terbang ini, menjadikan penyebab ramainya orang yang menjalankan ibadah haji. Haji itu sendiri akan ramai jika sudah dikunjungi penduduk dunia dengan kedalaman 180. Yaitu negeri Texas, Amerika.
Ibadah haji yang diperintahkan Allah, apabila dikerjakan sebagaimana menurut ketentuan syariat Islam, maka akan membuahkan kemakmuran bagi pelaksananya. Hal ini sebagaimana yang dialami Nabi Ibrahim As dan Nabi Muhammad Saw yang sudah mendapatkan kemakmuran setelah menjalankan ibadah haji. Maka dari itu, agar haji kita sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Ibrahim As dan Nabi Muhammad Saw, hendaknya sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, terlebih dahulu kita menjalankan puasa. Apabila kita sudah sampai di Arafah, hendaknya kita berdoa kepada Allah agar diberi kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Catatan : Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair pada saat acara KBIH di PP. Al-Anwar pada 12 Oktober 2011.
0 komentar:
Post a Comment